Kadin Surabaya Sebut War Takjil Dorong Ekonomi dan Toleransi

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:21 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Fenomena "war takjil" atau berebut untuk membeli takjil di tengah bulan puasa tahun ini menjadi sorotan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya H. M. Ali Affandi La Nyalla M. Mattalitti. Menurutnya, fenomena ini memberikan warna tersendiri pada Ramadan tahun ini dan memberikan kontribusi positif pada geliat ekonomi, khususnya untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

"War takjil menunjukkan antusiasme masyarakat dalam menyambut bulan Ramadan. Hal ini juga menunjukkan bahwa tradisi berbagi masih terjaga di tengah masyarakat," ujar pria yang akrab disapa Mas Andi tersebut di Surabaya, Kamis (28/3/2024).

Fenomena war takjil ini tidak hanya terjadi di Surabaya, tetapi juga di berbagai kota di Indonesia. Istilah war atau perang ini menggambarkan riuhnya masyarakat dalam mencari dan membeli jajanan maupun makanan menjelang waktu berbuka puasa. Uniknya, bukan hanya warga muslim, bahkan umat nonmuslim yang tidak berpuasa, juga turut berburu takjil. Fenomena ini bahkan viral di berbagai media sosial.

Saking ramainya, fenomena ini menuai beragam respon dari masyarakat, yang lebih banyak menanggapinya dengan santai dan dianggap sebagai candaan. “Ini pertanda bagus bagi budaya toleransi beragama di Indonesia. Banyak orang yang rela antre dan berbagi takjil, tanpa memandang perbedaan agama. Indahnya jika masyarakat saling menghormati dan menghargai pelaksanaan ibadah masing-masing,” kata Ali Affandi.

Antusiasme masyarakat terhadap war takjil ini membawa dampak positif bagi para pelaku usaha, khususnya UMKM. Penjualan takjil meningkat pesat, sehingga membantu meningkatkan pendapatan mereka.

“Meski tidak terkait secara langsung, besarnya permintaan makanan pada saat sahur dan berbuka memberikan stimulus positif pada peningkatan penjualan pada sektor makanan dan minuman. Perlu diingat, pelaku usaha FnB masih banyak yang tergolong dalam kategori UMKM. Tentunya ini bagus untuk menggairahkan kegiatan ekonomi kalangan menengah ke bawah,” ungkap mantan Ketua Umum HIPMI Jatim ini.

UMKM tidak hanya berperan besar dalam kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, yang mencapai 61% atau sekitar Rp9.580 triliun, tetapi juga menjadi penyumbang utama dalam penyerapan tenaga kerja, dengan mencapai 97% dari total tenaga kerja di Indonesia, atau sekitar 116 juta orang.

Sementara kontribusi UMKM untuk ekonomi Jatim mencapai Rp1.034,31 Triliun atau sekitar 58,4 persen dari Produk domestik bruto (PDB) tahun 2022. Sementara dari sisi penyerapan tenaga kerja, mencapai sebesar 13,80 juta tenaga kerja di Jatim.

“Ini adalah peluang bagi pemerintah dan pelaku bisnis untuk memunculkan kebijakan dan strategi mendukung pertumbuhan UMKM sembari memupuk toleransi dan keragaman masyarakat dalam berbagai inisiatif ekonomi,” pungkas Ali Affandi.kbc6

Bagikan artikel ini: