BI pede inflasi 2016 tetap landai

Senin, 4 Januari 2016 | 19:45 WIB ET
(Ilustrasi)
(Ilustrasi)

JAKARTA, kabarbisnis.com: Bank Indonesia memproyeksikan indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi pada 2016 akan berada pada kisaran 4% plus-minus 1%.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan, target inflasi 2016 tersebut dapat dicapai dengan koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang terus diperkuat.

"Hal itu terutama terkait dengan kemungkinan penyesuaian administered prices dan mewaspadai tekanan inflasi volatile food," ujarnya, Senin (4/1/2016).

Tirta menuturkan, inflasi IHK bulan Desember 2015 tercatat sebesar 0,96% (m-t-m), meningkat dari bulan lalu, terutama disumbang oleh komponen volatile food dan administered prices, sementara inflasi inti tercatat relatif rendah.

"Dengan demikian, inflasi IHK secara keseluruhan tahun 2015 mencapai 3,35% (y-o-y) dan berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia, yaitu sebesar 4% plus minus 1% (y-o-y)," ucapnya.

Pada bulan Desember 2015, lanjutnya, inflasi pada kelompok volatile food mencapai 3,53% (m-t-m), terutama bersumber dari kenaikan harga pada komoditas cabai merah, bawang merah dan daging ayam.

"Untuk keseluruhan tahun, inflasi volatile food mencapai 4,84% (y-o-y), cukup rendah di tengah terjadinya gejala El Nino," kata Tirta.

Dia menambahkan hal ini seiring dengan terjaganya kecukupan pasokan bahan pangan, yang didukung oleh semakin kuatnya koordinasi Pemerintah dan Bank Indonesia.

"Koordinasi itu melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam mendorong peningkatan produksi dan memperbaiki distribusi serta meminimalkan berbagai distorsi harga bahan pangan," tuturnya.

Inflasi administered prices pada bulan Desember 2015 tercatat sebesar 0,86% (m-t-m), terutama didorong oleh penyesuaian tarif listrik, dan kenaikan tarif angkutan udara sejalan dengan musim liburan.

Untuk keseluruhan tahun, tambah Tirta, kelompok administered prices mencatat inflasi yang rendah, yakni 0,39% (y-o-y). "Hal ini ditopang oleh menurunnya harga energi dunia di tengah reformasi subsidi berupa penyesuaian harga BBM dan LPG 12kg, serta penyesuaian tarif listrik," kata Tirta.

Sementara itu, inflasi inti tergolong rendah, baik secara bulanan, yaitu 0,23% (m-t-m), maupun tahunan, yaitu 3,95% (y-o-y). "Rendahnya inflasi inti tersebut didorong oleh ekspektasi inflasi yang terjaga. Hal tersebut tidak terlepas dari peran kebijakan Bank Indonesia dalam mengelola permintaan domestik, menjaga stabilitas nilai tukar, dan mengarahkan ekspektasi inflasi," terang Tirta. kbc10

Bagikan artikel ini: