Adopsi SPR, Santori gandeng peternak Jatim kembangbiakkan 1.600 ekor sapi indukan

Rabu, 29 Juni 2016 | 21:16 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: PT Santosa Agrindo (Santori), anak perusahan Japfa Group menggagas pola kemitraan bisnis dengan kelompok peternak di Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim). Santori menjamin penyediaan 1.600 ekor indukan sekaligus menjadi pembeli dari sapi yang dikembangkangbiakan.

”Kita coba berbeda (bantuan sosial atau CSR red), bermitra secara bisnis.Karena ini juga diinginkan Kementerian pertanian melalui Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Artinya, peternaknya diberdayakan dan harus memiliki orientasi bisnis. Usaha ternak sapi bukan lagi menjadi usaha sampingan,” ujar Head of Breeding PT Santori Dayan Antoni kepada wartawan di Jakarta, Rabu (29/6/2016).

Sebagai penjamin usaha, Santori menggandeng PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk. Melalui plafon Kredit Usaha Rakyat (KUR), perbankan akan menyalurkan bunga sebesar sembilan persen ketika peternak menerima indukan bunting berumur enam bulan.

Untuk pembiayaan program kemitraan dengan peternak sebanyak 600 ekor ini, BRI siap mencarikan kredit sebesar Rp 9,6 miliar.Tidak berhenti di situ, BUMN asuransi Jasindo juga bersedia mengganti apabila sapi yang dikembangbiakan peternak itu mati atau dicuri.

Dayan mengatakan, sebanyak 1.600 ekor sapi ini berasal dari Australia jenis Brahman Cross.Pemasukannya melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya sejak April lalu. Santori mengeluarkan modal kerja sebesar Rp 8 miliar untuk pengadaan ribuan ekor indukan ini dengan bobot 330 kilogram.

Sedianya, Santori mendatangkan 1.912 ekor sapi. Sekitar 300 ekor sapi indukan dipelihara sendiri. Menurut Dayan  600 ekor indukan sapi siap didistribusikan kepada peternak usai Lebaran mendatang. Sementara,sebanyak 200 ekor sapi indukan diantaranya sudah dalam keadaan bunting yang langsung dikirim dari ranch milik Santori di Australia.

“Selebihnya, yakni  400 ekor sapi indukan,menggunakan metode inseminasi buatan (IB). Saat ini prosesnya tengah diawasi para dokter hewan di kandang Satori di Desa Wringin Anom Kecamatan Tongas, Probolinggo,” terangnya.

Dayan menambahkan, pihaknya menargetkan setiap bulan dapat mendistribusikan 100 ekor indukan sapi bunting. Adapun, sisanya, sebesar 1.000 ekor akan didistribusikan kepada kelompok ternak yang saat ini tengah dipersiapkan secara teknis dan manajemennya. Untuk satu kelompok, terdiri dari 20 peternak yang diawasi oleh Hermanto, dosen dari Universitas Brawijaya

“Setelah usia kebuntingan enam bulan dijual kepada kelompok ternak seharga Rp 50.000 per kilogram bobot hidup. Peternak lalu memelihara sapi indukan sampai melahirkan , dan menyapih pada usia sekurang kurangnya empat bulan.

Nanti kita beli lagi indukannya seharga Rp 48.000 per kilgoram dan membuntingkan kembali. Santori juga akan membeli anakan sapi saat mencapai bobot minimal 300 kilogram sesuai harga pasar.Peran belantik dengan sendirinya akan terhapus,” bebernya.

Menurut Dayan selama ini peternak yang menjadi mitra binaan telah  melakukan usaha pembibitan. Namun, dengan pola skema kemitraan ini,resiko kegagalan pembuntingan indukan sapi yang selama ini menjadi hambatan usaha pembibitan di peternak beralih ke Santori sebagai penjamin.

Hanya saja, Dayan mengaku persediaan sapi bakalan semakin menurun dalam beberapa tahun terakhir.Jawa Timur yang merupakan sentra utama peternakan sapi nasional, 35% sapi nasional justru semakin menurun dalam beberapa tahun terakhir untuk memasok sapi bakalan ke Jawa Barat dan Jakarta.

Apabila pemenuhan konsumsi protein masyarakat dari hewan ruminansia yang semakin meningkat melalui impor sapi bakalan,kelak dikhwatirkan jebakan impor pangan yang sulit dilepaskan. Dengan harga sapi per ekor US$ 3,3 menembus rekor harga tertinggi di Australia.

Untuk sampai ke Indonesia, dengan dibebani pajak bea masuk dan karantina maka harga sapi bakalan mencapai Rp 46.000-Rp 47.000 per kg.Alhasil akan menjadi sulit apabila pemerintah menginginkan harga daging sapi segar terjangkau masyarakat.

Karena itu, diperlukan upaya pengembangbiakan sapi berbasis pembibitan guna meningkatkan populasi sapi di Tanah Air. Meski secara siklus pengembangbiakan membutuhkan waktu hingga empat tahun. Dengan asumsi keberhasilan kebuntingan 75%, maka terdapat penambahan populasi ternak sapi siap potong sebesar 1.300 ekor.

Meski begitu, perbankan tetap melihat usaha tetap visible untuk dibiayai. Apalagi melihat visi Ditjen Petenakan dan Kesehatan Hewan  Kementan yang bertekad mewujudkan kemandirian peternak maka hal ini multak dilakukan.kbc11

Bagikan artikel ini: