Berjibaku menekan harga daging

Jum'at, 1 Juli 2016 | 19:39 WIB ET

UPAYA pemerintah menurunkan harga pangan di pasaran belum juga berhasil. Kendati begitu, sejumlah langkah Operasi Pasar (OP) yang dilakukan Perum Bulog, pemerintah, dan swasta, setidaknya dapat menahan laju kenaikan harga pangan.

"Untuk itu, OP dirasa masih perlu, apalagi saat mendekati hari Lebaran untuk memberikan pilihan alternatif kepada masyarakat," ujar Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Khudori mengutarakan hal itu di Jakarta, Jumat (1/7/2016).

Khudori mengatakan, keterlambatan pemerintah mengantisipasi kenaikan harga pangan saat Ramadhan dan Lebaran sudah tidak bisa dibantah lagi. Kendati begitu, upaya Perum Bulog dan sejumlah BUMN pangan lainnya melakukan OP di sejumlah titik setidaknya dapat menahan laju kenaikan harga pangan di sejumlah daerah di Indonesia.

"OP memang dapat menahan laju kenaikan harga kebutuhan pokok. Paling tidak dapat meredam, meskipun harga tetap bertahan tinggi," kata Khudori.

Ia mengambil contoh, sebelum Ramadhan pun harga daging sapi sudah tinggi yakni di kisaran Rp 110.000 per kg. Nah saat ramadhan harga daging hanya bergerak tipis di kisaran Rp 115.000 - Rp 120.000 per kg. 

Apabila tidak ada OP dan keterlibatan semua pihak, termasuk Bulog, maka potensi kenaikan harga daging sapi bisa jauh lebih tinggi lagi.Ia mengatakan agar dapat menekan harga lebih rendah, seharus pemerintah sudah mengeluarkan izin impor jauh-jauh hari sebelumnya. 

Dengan demikian, pasokan pangan sudah masuk ke pasar, maka ketika permintaan meningkat, pasokan dapat mengimbangi sehingga tidak ada kelangkaan pasokan yang menyebabkan harga meningkat.Namun karena izin impor baru dikeluarkan saat sudah mendekati ramadhan, maka otomatis tidak bisa mendorong pasokan pangan langsung bertambah karena butuh waktu antara memesan dari negara lain dan mendatangkan ke Indonesia. 

Akibatnya, terjadilah kekhawatiran di pasar pasokan kurang sehingga harga pada melambung.Ia mengambil contoh, ketika Bulog baru mendapatkan kuota izin impor daging sapi menjelang ramadhan sebanyak 10.000 ton. 

Nah realisasi impor daging ini baru 900 ton saat menjelang lebaran. Akibatnya, pemerintah gagal membanjiri pasar dengan pasokan pangan yang berlimpah.

Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengakui pihaknya tidak dapat merealisasikan importasi daging sapi sebanyak 10.000 ton selama ramadhan. Sebab pada waktu bersamaan, pemerintah juga membuka keran impor untuk swasta. Akibatnya di pasar eskspor terjadi rebutan daging. 

Kendati begitu, Bulog tetap menjalankan komitmen menjual daging di pasaran di kisaran Rp 80.000  per kg. Kehadiran Bulog menjadi pasar alternatif bagi konsumenuntuk mendapatkan harga pangan yang lebih terjangkau dan murah. kbc11

Bagikan artikel ini: