Serunya Festival Padi di Banyuwangi

Rabu, 20 Juli 2016 | 17:38 WIB ET
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat Festival Padi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat Festival Padi.

BANYUWANGI, kabarbisnis.com: Festival Padi yang digelar di Kabupaten Banyuwangi berlangsung meriah. Ribuan masyarakat menyemut di sepanjang jalan yang memisahkan antara berhektar-hektar sawah dan kantor balai Desa Sumbergondo, Kecamatan Glenmore. Laki-laki, perempuan, tua, dan muda, semua tumplek-blek ikut serta merasakan kemeriahan Festival Padi yang pertama kali digelar di Banyuwangi, Rabu (20/7).

Festival padi kali ini tak seperti festival budaya pada umumnya yang didominasi tari dan kesenian. Namun, ekspresi kebudayaan agrikultur kala mengawali masa tanam yang memadukan antara kultur dan spritualitas yang biasa dikenal sebagai tiris menjadi daya tarik tersendiri.

"Bukan hanya gebyar, tapi festival padi ini nguri-nguri tradisi. Ada kultur, ada spritual dalam sistem bercocok tanam di Banyuwangi yang harus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya," papar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Diawali dengan arak-arakan tiga jenis tumpeng yang berasal dari tiga penjuru, prosesi upacara tiris. Yakni tumpeng gunung, bucung, dan kunir. Tak sekedar tumpeng, namun ada makna filosofis yang melatarbelakanginya. "Tumpeng gunung perlambang kejujuran, bucung lambang ketekunan, dan kunir adalah cahaya," ungkap Prayitno, dalang yang memimpin prosesi tiris dalam bahasa Jawa.

Seusai prosesi ritual yang ditutup dengan doa, semua masyarakat dan wisatawan menyantap tumpeng yang digelar di sepanjang jalan pingiran sawah itu.

Prosesi tiris dilanjutkan dengan penempatan cok bakal di pintu air utama yang mengaliri sawah-sawah. Cok bakal berupa ubo rampe yang berisi kembang tiga warna, madu, dan hasil bumi dibungkus kecil-kecil dengan daun pisang. Peletakannya dilakukan oleh Bupati Anas yang sekaligus menandai prosesi tanam padi mulai dilaksanakan.

Di sawah seluas 2 hektare dari 400 hektare sawah di Desa Sumbergondo, masyarakat berbaur untuk mencoba berbagai tahapan menanam padi. Mulai membajak, meratakan sawah hingga menancapkan bibit padi, menjadi sajian yang seru dalam festival tersebut.

Bupati Anas turun bersama di sawah berlumpur. Mereka turut membajak sawah dengan mengendarai bajak tradisional yang ditarik dua kerbau, sampai ikut menanam padi (tandur) dengan berjalan mundur.

Pada kesempatan tersebut, ratusan pelajar juga ikut dilibatkan. Hal ini sebagai bentuk pengenalan kepada generasi selanjutnya terhadap berbagai tradisi dalam dunia pertanian. "Agar mereka (pelajar) mengenal sawah dan pertanian. Karena kini menjadi petani mulai ditinggalkan oleh generasi muda," kata Anas.

Dengan Festival Padi ini diharapkan bisa mendongkrak citra petani. Menjadi petani adalah hal yang bermartabat dan amat penting dalam menjamin ketahanan pangan. "Kita libatkan anak muda dan pelajar, agar terekam dalam memori mereka bahwa menjadi petani itu adalah hal yang penting," tutur Anas. "Dengan festival inilah, kami menyentuh kepercayaan diri petani," imbuhnya seperti dikutip Antara.

Banyuwangi sebagai lumpung padi di Jawa Timur menjadi andalan dalam memenuhi suplai beras di Jawa maupun Indonesia timur. Pada semester pertama tahun 2016, tingkat produktivitas padi di Banyuwangi mencapai  65,30 Kwintal/ Hektar. Sampai bulan Juni kemarin, ada 424.998 ton padi yang dipanen dari 64.967 Ha sawah. Sedangkan ketersedian berupa beras mencapai 247.080,25 ton. Dengan asumsi kebutuhan konsumsi riil penduduk Banyuwangi yang mencapai 71.855,21 ton. Ada surplus beras di Banyuwangi yang mencapai 175.225,03 yang disalurkan ke luar daerah. kbc10

Bagikan artikel ini: