Terhambat non tarif, ekspor produk Mamin diprediksi stagnan

Jum'at, 30 September 2016 | 08:25 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) memproyeksikan ekspor produk makanan-minuman (mamin) tahun 2016 akan stabil.

"Ekspor mamin memang agak sulit, karena terhambat non-tarif,” kata Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman, di Jakarta, Kamis (29/9/2016).

Sepanjang 2015, ekspor produk mamin mencapai US$6,2 miliar. Sementara itu, dari Januari-Juli 2016, ekspor produk mamin tercatat sekitar US$3,3 miliar.

Dari realisasi ini, Adhi pesimistis target pertumbuhan ekspor 10 persen bisa tercapai. Apalagi, proteksi perdagangan non-tarif dari tiap-tiap negara makin sengit.

Adhi menuturkan, beberapa negara seperti China, Korea Selatan, Kanada, dan Australia mengubah sejumlah regulasi untuk produk mamin, sehingga mempersulit masuknya produk dari Indonesia.

“China mengubah regulasi mengenai bahan baku. Australia dan Kanada mengubah regulasi mengenai label. Sedangkan, Korea Selatan mengubah regulasi mengenai label dan residu pestisida,” kata Adhi.

Akibat aksi proteksi itu, Adhi mengakui dua perusahaan di bawah bendera GAPMMI terpaksa menarik produk dari China.

Selain regulasi yang berubah di beberapan negara, prosedur pemasukan barang ke Myanmar dan Filipina juga makin sulit.

Menurut Adhi, registrasi untuk memasukkan produk mamin bisa sampai satu tahun. “Jadi ekspor tahun ini enggak akan naik signifikan, padahal kami menargetkan naik 10 persen. Tetapi untungnya balance sheet (defisit perdagangan mamin) mengecil,” kata Adhi.

Pada 2014 lalu, defisit perdagangan mamin mencapai US$950 juta, dan mengecil di tahun 2015 menjadi sekitar US$257 juta.

Adhi optimistis, defisit tahun ini masih di kisaran 250 juta dollar AS. Sementara itu, untuk pasar domestik Adhi yakin penjualan produk mamin masih akan tumbuh minimal delapan persen.

Pada kuartal I, penjualan produk mamin tumbuh 7,55 persen, dan pada kuartal II tumbuh sebesar 8,2 persen. kbc10

Bagikan artikel ini: