Ferry jarak jauh Surabaya-Lembar cuma bikin jebol anggaran negara

Senin, 28 November 2016 | 13:55 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Anggota Komisi VI DPR Bambang Haryo Soekartono mengatakan pengoperasian ferry jarak jauh Surabaya-Lembar berpotensi merugikan negara karena bakal menyedot subsidi sangat besar selain sama sekali tidak memberi bermanfaat.

Menurut Bambang, lintasan Surabaya-Lembar secara bisnis tidak layak karena tarif ferry lebih mahal dibandingkan tarif kapal petikemas. Tidak heran jika Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjanjikan subsidi untuk menghidupi lintasan itu.

“Ferry jarak jauh ini tidak ada manfaat apa-apa terhadap disparitas harga ataupun pariwisata. Hanya menghamburkan anggaran negara dan mematikan ekonomi rakyat di sekitar pelabuhan,” katanya, Senin (28/11/2016).

Dia memperkirakan tarif ferry Surabaya-Lembar Rp6 juta-Rp8 juta (break even point/BEP), lebih tinggi dari tarif peti kemas Rp1,5 juta. “Subsidinya jelas akan besar sekali. APBN terkuras untuk menghidupi lintasan yang tidak perlu itu.”

Bambang menilai pernyataan Menhub bahwa ferry jarak jauh akan menghilangkan disparitas harga tidak tepat. Sebab, selisih harga barang antara Lombok dan Surabaya relatif kecil, bahkan beberapa bahan pokok di Lombok lebih murah.

Bambang juga membantah arus truk dari Lombok ke Jawa yang melalui Bali menjadi penyebab kerusakan jalan dan mengganggu pariwisata.

Menurutnya, arus truk Padang Bai (Bali)-Lembar saat ini hanya 130-an unit per hari, sementara arus truk Ketapang (Jawa Timur)-Gilimanuk (Bali) mencapai 3.500 unit per hari.

Artinya, truk dari Lombok ke Jawa yang melalui Bali sangat sedikit dibandingkan jumlah truk yang beroperasi di wilayah Bali sendiri yang diperkirakan lebih dari 10.000 unit.

“Tidak beralasan jika dikatakan truk dari luar Bali yang merusak jalan dan membuat macet. Justru pariwisata di Bali tumbuh karena dilalui angkutan barang, di antaranya untuk kebutuhan Bali juga,” ujarnya.

Bambang mengatakan, ferry jarak jauh itu akan mematikan lintasan Padang Bai-Lembar yang dirintis oleh ASDP sejak 1980-an. Jika pelabuhannya tutup, kerugian ASDP akan tambah bengkak.

Sebanyak 33 kapal yang melayani lintasan itu juga akan menganggur karena pasarnya diambilalih ferry jarak jauh yang disubsidi. Bambang memperkirakan 3.000 orang akan kena dampak langsung, sekitar 2.000 kru kapal (60 kru per kapal) dan 1.000 kru pelabuhan.

Jumlah ini belum termasuk masyarakat yang selama ini wilayahnya dilintasi truk dan mencari nafkah di pelabuhan, seperti pedagang, rumah makan, jasa angkutan, dan sebagainya.

Bagikan artikel ini: