Kuartal I, penjualan rumah naik di atas 5 persen

Kamis, 13 April 2017 | 10:59 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Penjualan perumahan naik lebih dari lima persen sepanjang kuartal I 2017 dari kuartal IV tahun lalu. Kenaikan tersebut merata untuk seluruh segmen kelas bawah hingga atas.

Direktur Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan, perumahan dengan segmen kelas menengah ke bawah menjadi penyumbang terbesar dalam penjualan perumahan awal tahun ini. Hal ini disebabkan, masyarakat yang tergolong kelas menengah atas tengah jenuh karena harga properti yang sudah terlalu mahal di kelasnya.

"Properti kelas menengah ke atas dari tahun 2009 sampai 2012 itu naiknya signifikan, bahkan ada yang sampai 50 persen. Jadi sekarang sudah terlalu mahal posisinya," ungkap Ali, Selasa (11/4/2017).

Ia menjelaskan, harga yang terlalu mahal tersebut menjadikan properti kelas menengah ke atas tidak memiliki peminat. Sehingga, pengembang mulai fokus pada kelas menengah dan menengah ke bawah.

Harga rumah untuk kelas menengah ke bawah sendiri maksimal sebesar Rp300 juta. Sementara, kelas menengah berkisar Rp300 juta-Rp800 juta. Sehingga, untuk tahun ini properti dengan dua kelas itu akan menjadi primadona sepanjang tahun ini.

"Saya pikir itu yang akan menjadi primadona, karena pasarnya lagi gemuk di sana. Penjualan di kelas itu tidak terjadi dua tahun belakangan ini karena pengembang fokus di kelas atas," ucap Ali.

Selain karena harga yang sudah terlalu mahal, Ali menilai masyarakat kelas menengah ke atas sendiri telah memiliki banyak aset properti dengan harga selangit. Namun, mereka belum dapat menjual properti miliknya karena pasar di kelas tersebut sedang lesu.

Selanjutnya, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) juga tengah menjadi perhatian investor saat ini. Dengan kata lain, investor menunggu (wait and see) sampai Pilkada selesai.

Ali menyebut, meski rumah dengan kelas menengah ke bawah laris di pasaran khususnya rumah bersubsidi, tetapi banyak masyarakat yang terjebak karena lokasinya yang jauh. "Ketika rumah jadi, ongkos bolak-balik mahal. Jadi kembali lagi mengontrak di Jakarta," imbuhnya.

Maka dari itu, pembangunan rumah kelas menengah dan menengah ke bawah sebaiknya dilakukan dengan konsep transit oriented development (TOD) agar berdekatan dengan stasiun kereta atau angkutan umum lainnya. "Kalau bangun hunian kelas menengah dan menengah ke bawah harus bangun TOD," tandas Ali.

Saat ini sudah ada beberapa emiten yang membangun properti dengan konsep TOD di antaranya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). Sementara, PT PP Property Tbk (PPRO) sedang menjajaki kerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia atau KAI untuk sebelum membangun kawasan TOD. kbc10

Bagikan artikel ini: