Aset Bank OCBC NISP melonjak 21% jadi Rp143,9 triliun

Kamis, 27 April 2017 | 14:48 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Bank OCBC NISP mencatatkan pertumbuhan aset per 31 Maret 2017 sebesar 21% menjadi Rp 143,9 triliun dari Rp 119,4 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Disamping itu dana pihak ketiga juga tumbuh sebesar 22% menjadi Rp 109,7 triliun pada akhir Maret 2017 dibandingkan Rp 89,6 triliun pada akhir Maret 2016. Guna memenuhi kebutuhan nasabah yang semakin beragam, Bank OCBC NISP mengimbangi peningkatan kualitas produk dan layanan dengan semakin aktif mengembangkan program-program yang inovatif dan bernilai tambah bagi para nasabah.

Presiden Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja mengungkapkan, kinerja ini juga didorong oleh kualitas aset yang tetap terjaga sehat dengan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) net sebesar 0,8%. Dengan pencapaian pada kuartal I ini, kami optimis untuk ke depannya dapatmenjalankan perencanaan bisnis sesuai yang telah dicanangkan pada awal tahun.

Bank OCBC NISP mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 23% yoy atau menjadi sebesar Rp 563 Miliar; sementara dari sisi penyaluran kredit, tercatat peningkatan penyaluran kredit (gross) sebesar 11% menjadi sebesar Rp 94,5 triliun pada akhir kuartal I tahun 2017 dari Rp 85,1 triliun pada periode yang sama tahun 2016. Bank OCBC NISP juga berhasil menjaga rasio-rasio keuangan utamanya pada level yang cukup baik. Rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) tercatat 18,2%, Return On Equity (ROE) 11,5%, Return On Asset (ROA) 2,1% dan rasio kredit bermasalah neto (net NPL) yang stabil sebesar 0,8% jauh di bawah ketentuan Bank Indonesia sebesar 5%.

"Ssebagai bank Gateway, Bank OCBC NISP berhasil menghimpun total uang tebusan tax amnesty sebesar Rp 2,3 triliun serta dana repatriasi sebesar Rp 8,5 triliun. Industri perbankan akan menjadi salah satu tonggak utama dalam memberikan solusi keuangan bagi investor khususnya untuk perorangan dan korporasi. Dengan penerapan Automatic Exchange of Information (AEOI) dan Base Erosion and Profit Shifting(BEPS) di awal tahun 2018, Bank akan melihat ini sebagai peluang untuk menarik dana dan transaksi yang masih berada di luar negeri untuk masuk ke Indonesia,” tambah Parwati. kbc10

Bagikan artikel ini: