Menteri Jonan janji tambah alokasi jargas untuk 19 ribu rumah tangga di tahun ini

Senin, 8 Mei 2017 | 07:48 WIB ET
(KB/Purna Budi)
(KB/Purna Budi)

SURABAYA, kabarbisnis.com:  Menteri ESDM, Ignasius Jonan memastikan akan menambah alokasi pembangunan jaringan jas (jargas) untuk rumah tangga dengan dana APBN pada tahun ini. Kepastian ini diberikan menyusul adanya rencana relokasi anggaran dari pembangunan tangki timbun sebesar Rp 190 miliar.

Diungkapkan Jonan, saat ini Pemerintah lewat Kementerian ESDM berupaya maksimal untuk terus memperluas jangkauan jaringan gas (jargas) untuk konsumen Rumah Tangga. Hampir 200 ribu sambungan rumah tangga (SR) telah dibangun dari tahun 2009 hingga 2016 yang tersebar di 14 provinsi di seluruh Indonesia. Dan di tahun 2017, Pemerintah telah mengalokasikan pembangunan jargas untuk sekitar 59.800 rumah tangga di 16 kota. Tetapi jumlah tersebut masih dipandang kurang sehingga masyarakat banyak yang minta tambahan untuk tahun 2017.

Untuk itu, Jonan berjanji akan melakukan penambahan dari dana APBN yang awalnya dialokasikan untuk pembangunan tangki timbun. “Ada relokasi dari anggaran pembangunan tangki timbun yang akhirnya ditugaskan ke Pertamina. Penugasan ini hanya dengan surat tanpa uangnya, sehingga dana sebesar Rp 190 miliar itu bisa direlokasikan untuk pembangunan jargas rumah tangga. Kira-kira ya sekitar 19 ribu rumah tangga,” ujar Jonan, Surabaya, Minggu (7/5/2017).

Dari 19 ribu tersebut akan dibagi dan Kementerian ESDM akan melakukan pengecekan mana saja daerah yang membutuhkan dan yang paljng siap. Sehingga tidak menutup kemungkinan Surabaya akan kembali mendapatkan jatah pembangunan jargas di tahun ini.  

Pembangunan jargas rumah tangga ini memang masif dilakukan dalam bwberapa tahun terakhr karena Presiden Joko Widodo berpesan agar anggaran diprioritaskna untuk kemaslahatan masyarakat. Pembangunan dalam bentuk apapun diharapkan adanya pemerataan. Dan sebagai prioritas dalam pembangunan jargas adalah rumah tangga sederhana, rumah susun dan daerah-daerah yang jauh membutuhkan penghematan dibanding lainnya.

“Karena memang dengan menggunakan gas, masyarakat bisa berhemat rata-rata sekitar Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per bulan per rumah tangga dan ini sangat signifikan,” ujar Jonan.

Sementara penghematan secara nasional yang didapatkan melalui pembangunan sekitar 200 ribu SR tersebut diperkirakan bisa mencapai Rp 1,5 miliar per bulan atau Rp 18 miliar per tahun. Ini akan terus ditambah untuk mengurangi volume impor elpiji tiap tahun. Karena kebutuhan elpiji secara nasional mencapai sekitar 6,5 juta metrik ton dan sekitar 4,5 juta matrik ton masih harus impor.

“Kenapa kita masih impor padahal produksi gas kita sangat banyak. Rata-rata produksi minyak kita mencapai 845 ribu barel per hari dan produksi gas bumi mencapai 1,2 juta barel ekuivalen minyak per hari. Tetapi tidak semua bisa dikonversi menjadi elpiji, ada yang istilahnya kering, dimana kandungan propan dan butan tipis sekali sehingga tidak bisa dikonversi,” terangnya.

Sementara itu, Wali kota Surabaya, Tri Rismaharini sangat berhatap adanya tambahan kuota pembangunan jargas untuk Surabaya, dimana dalam roudmap tahun ini Surabaya tidak mendapatkannya. Sehingga adanya tambahan sebesar 19 ribu SR ini akan menjadi salah satu peluang Surabaya untuk kembali mendapatkan alokasi di tahun ini. Sementara di tahun anggaran 2016 Surabaya mendapatkan alokasi sebesar 24 ribu RS dan telah diselesaikan pembangunannya oleh PGN.

“Kalau Surabaya mendapatkan lagi akan saya arahkan ke tengah kota. Di sana ada Rusun Gundo. Saya juga akan arahkan ke sepanjang jalan Kartini karena di sana banyak rumah makannya. Sehingga nantinya akan ada subsidi silang.  Rumah makan akan menggunakan harga komersial dan pelanggan di kampung akan mendapatkan harga subsidi, sehingga tidak akan memberatkan PGN,” pungkasnya.kbc6

Bagikan artikel ini: