Pastikan harga tak naik, Bulog Jatim geber gerakan stabilisasi pangan serentak di 233 titik

Kamis, 18 Mei 2017 | 07:54 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jatwa Timur (Jatim) mulaii hari ini, Rabu (17/5/2017) mengadakan Gerakan Stabilisasi Pangan (GSP) secara serentak di 233 ritik di seluruh Jatim. Selain di kantor dan gudang Bulog, GSP juga dilakukan di Rumah Pangan Kita (RPK) dan pasar tradisional serta beberapa lokasi lainnya.

Kepala Perum Bulog Divre Jatom Usep Karyana mengatakan bahwa gerakan ini sebagai langkah antisipatif Bulog terhadap gejolak harga pangan yang kerap terjadi menjelang puasa hingga lebaran. "Yakinlah bahwa di Jatin sangat aman. Harga masih stabil dan tidak ada lonjakan harga yang signifikan,” ujar Usep.

233 titik pelaksanaam GSP di Jatim tersebut dengan perincian 46 pasar, 126 gerai RPK, 3 hingga 5 unit kendaraan berjalan, 13 kantor subdivre dan 31 gudang Bulog.  Jumlah yang akan mengikuti program GSP ini diperkirakan akan terus bertambah.

Ada enam komoditas yang dijual dengan harga dibawah rata-rata pasar di setiap gerai tersebut. Pertama adalah beras medium dijual dengan harga dikisaran Rp 8 ribu dan beras premium dijual dari harga 10 ribu hingga 12 ribu per kilogram.

“Gula kami jual sesuai HET, yaitu Rp 12.500  per kg, minyak goreng sekitar Rp11 ribu per liter, bawang putih Rp 38 ribu per kilogram dan bawang merah Rp 21 ribu per kilogram serta tepung terigu Rp 7500 per kiligram,” terangnya.

Sementara itu, dari pantauan Bulog Jatim terhadap pergerakan harga pangan di seluruh wilayah Jatim menunjukkan bahwa harga komoditas pangan menjelang puasa tahun ini relatif masih stabil. Fluktuasi hanya terjadi pada komoditàs hortikultura seperti bawang putih, bawang merah dna cabai rawit. Bawang merah merah di pasar Jatim mencapai Rp26 ribu per kilogram, bawang putih Rp 46 ribu hingga Rp 48 ribu per kilogram, dan cabe rawit merah Rp 55 ribu per kilogram.

“Untuk saat ini memang masih enam komoditas yang kami sediakan dalam GSP, tetapi ada beberapa komoditas yang sedang kami pantau dalam dua minggu ini karena mulai menunjukkan gelagat kenaikan, seperti cabe rawit dan telur. Kami lihat pergerakannya, kalau nanti dibutuhkan, kami akan langsung datangkan dari daerah sentra dengan memangkas jalur distribusi. Sebab cabe ini kan tidak  tahan lama dan kami tidak bisa menyetok,” pungkasnya.kbc6

Bagikan artikel ini: