Rangking daya saing global China dan Indonesia alami lompatan

Jum'at, 2 Juni 2017 | 04:10 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: China mencatatkan kenaikan tajam di peringkat daya saing global berdasarkan laporan IMD World Competitiveness Centre 2017. Dalam laporan tersebut, peringkat daya saing berbisnis Negeri Panda itu terpantau lompat tujuh peringkat ke posisi 18 dari 63 negara yang disurvei.

China juga berhasil menempati peringkat teratas di antara negara berkembang di Asia lainnya yang memiliki produk domestik bruto per kapita kurang dari US$20.000. Adapun di bawah China terdapat negara berkembang di Asia lain yakni Malaysia dan Thailand.

Sementara itu, Indonesia berhasil merangkak naik empat peringkat dari posisinya tahun lalu. Pada tahun ini, Tanah Air menempati posisi 42 dari posisi 48 pada 2016.

Prestasi Indonesia ini mengulangi capaian pada 2015 yang sempat menempati posisi yang sama. Adapun, perolehan pada tahun ini masih lebih rendah dari posisi tertingginya selama lima tahun terakhir, di mana pada 2014, Indonesia sempat menempati posisi 37 dari 63 negara yang disurvei.

Dalam laporan yang dihimpun IMD dari data-data yang disusun oleh Lembaga Management FEB-UI dan Jakarta NuPMK Consulting, terdapat beberapa hal yang membuat daya saing Indonesia masih belum terlalu tingi.

“Tidak cukupnya ketersediaan dana untuk program infrastruktur,  prioritas pembangunan Infrastruktur yang masih belum jelas, regulasi yang belum pasti dan penegakan hukum yang kurang memadai,” tulis laporan tersebut.

Kendalai lain adalah praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme juga dinilai masih cukup banyak terjadi di Indonesia. Selain itu, ketimpangan distribusi kekayaan di Indonesia juga dianggap masih tinggi.

Hal itu diperparah oleh proses pengembangan industri hilir yang lambat di tengah meningkatnya ancaman proteksionisme dalam perdagangan global.

Sementara itu, Amerika Serikat mengalami penurunan setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS. Negeri Paman Sam itu menempati peringkat empat dari sebelumnya selalu masuk dalam urutan tiga besar.

Laporan itu menyebutkan bahwa persepsi para eksekutif bisnis global tentang perekonomian AS memburuk seiring meningkatnya isu proteksionisme dan ancaman ketidakstabilan politik negara itu pascaterpilihnya Trump.

“Saya bingung tentang AS, jujur saja, karena biasanya mereka konsisten di tiga besar. Sudah jelas bahwa adap persepsi negatif yang meningkat di negara ini,” ujar ekonom senior IMD World Competitiveness Center Jose Caballero, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (1/6/2017). kbc10

Bagikan artikel ini: