MoU dengan Aprindo, Bulog suplai kebutuhan gula di ritel modern wilayah Indonesia Timur

Selasa, 15 Agustus 2017 | 07:44 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Sebanyak 300 ton gula milik Perum Bulog yang berlabel “gula manis kita” bakal dikirim untuk memenuhi kebutuhan toko ritel modern di seluruh wilayah Indonesia Timur, seperti di Surabaya, Makassar, Bali, Gorontalo dan Manado selama dua minggu.

Pengiriman ini paska penandatanganan MoU antara Perum Bulog pusat dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) di rumah makan  Mang Engking di Juanda, Sidoarjo (14/8/2017). “Kami pesan 300 ton untuk kebutuhan selama dua minggu. Dan ini akan terus bergulir,” kata Ketua Aprindo wilayah Indonesia Timur, Abraham Ibnu.

Sebenarnya, ujar Abraham kerjasama ini bukan yang pertama kali. Sebelumnya pihak Aprindo dan Bulog Jatim sudah melakukan kerjasama untuk memenuhi kebutuhan gula di ritel modern yang ada di bawah jaringan supermarket Hero  saat puasa kemarin dan ternyata hasilnya bagus. Selain kualitas yang selalu terjaga, juga proses kerja sama tersebut dinilai sangat mudah, tidak berbelit dan cepat.

“Dan setelah lebaran ternyata gula ini masih terus dicari. Ini yang membuat kami menjalin kerjasama kembali dengan memperluas kerjasama hingga Indonesia Timur,” ujar Abraham Ibnu.

Diakui Abraham, Bulog adalah institusi pemerintah pertama yang produknya bisa menembus pasar ritel modern. Sehingga, hal itu patut untuk dipertahankan agar semua produk Bulog bisa dengan mudah masuk pasar modern.

“Bagi kami yang terpenting, produknya tersedia, kualitas bagus dan harga juga bisa kompetitif. Harga gula Bulog ini ke kami sebesar Rp 11.900 per kilogram. Dengan harga jual Rp 12.500 per kilogram, kami rasa masih oke lah buat kami. Karena nantinya kita bicara volume,” ungkap Abraham.

Harga jual gula khususnya, kata Abraham, memang sudah ditentukan pemerintah. Ritel modern sudah berkomitmen untuk menjaga harga itu. Namun, apa daya, ritel modern di Indonesia hanya 35 ribu, padahal ada 3 juta pasar tradisional dan toko klontong yang bebas menjual harga gula tanpa bisa dipantau maksimal oleh pemerintah.

“Seharusnya ini yang menjadi fokus pemerintah. Kalau asosiasi siap dan terus mendukung komitmen yang sudah dibuat. Lalu bagaimana dengan yang klontong dan pasar tradisional ini. Karena kenyataannya mereka membeli produk dari kita terus mereka jual ke konsumen dengan harga seenaknya,” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Diirektur Komersial, Febriyanto mengapresiasi langkah Divre Jawa Timur yang sudah mengambil langkah pertama untuk melakukan stabilisasi harga dengan menggandeng pasar modern. Diakuinya, Jatim adalah pilot project untuk kerjasama ini, sehingga ke depannya, langkah ini patut ditiru oleh daerah lain di Indonesia.  

Dengan datangnya berbagai komodit[, Febriyanto mengaku akan gencar melakukan kerjasama yang lebih besar, dengan skala nasional. “Ke depan kita akan membuka kerjasama dengan ritel modern secara nasional. Bukan hanya di Jatim, dan wilayah Indonesia Timur” tandasnya.

Apalagi, Perum Bulog sendiri memiliki banyak merek sendiri yang siap untuk masuk pasar modern. “Ada 24 merek yang kami miliki, mulai dari gula hingga daging kerbau,” tandasnya.

Dalam hal ini, Perum Bulog akan berupaya maksimal menjalin kerjasama. Karena dalam hal ini, Bulog memiliki peran yang sangat penting untuk mentabilisasi harga agar tidak terjadi lonjakan yang meresahkan masyaakat. Sehingga inflasi tidak bisa dikenalikan.

Kepala Perum Bulog Divre Jatim, Usep Karyana mengungkapkan pihaknya siap untuk melayani permintaan peritel modern maupun pihak-pihak lain yang ingin bekerjasama untuk penyediaan komoditas pangan dari Bulog. “Kita siapkan. Karena stok kita masih sangat cukup. Beras cukup untuk 10 bulan dan gula bisa untuk lima bulan ke depan,” pungkasnya.kbc6

Bagikan artikel ini: