Serapan rendah, petani anggap benih unggul bukan prioritas

Selasa, 22 Agustus 2017 | 16:09 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Realisasi serapan subsidi benih dalam periode 2009-2015 atau tujuh tahun terbilang rendah. Bukanlah hal yang aneh jika pemerintah merubah mekanisme subsidi benih yang dianggarkan Rp 1,2 triliun melalui dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Sang Hyang Seri (SHS) dan PT Pertani (Persero).

Ketua Komisi IV DPR Eddy Prabowo menuturkan sedianya kehadiran benih bermutu sebagai sarana produksi utama dalam budidaya tanaman diharapkan mampu meningkatkan produksi pangan sekaligus memberi nilai tambah kepada petani.Adapun disebut benih bermutu apabila berasal dari varietas murni, mempunyai mutu genetis,fisiologis dan mutu fisik tinggi sesuai standar mutu di kelasnya.

Namun dalam catatannya selama kurun waktu 2009-2015 serapan benih padi bersertifikat hanya sebesar 57,5% dari kebutuhan sebesar 344.858 ton. Luas tanam sebesar 13,79 juta hektare (ha).

Sementara untuk benih jagung bersertifikat sebesar 58,6% atau 43.466 ton dari kebutuhan 73.662 ton dengan luasan tanam sebsar 4,09 juta ha. Adapun serapan benih kedelai bersertifikat hanya 16.120 ton atau 50,6%. Rerata kebutuhan benih itu sendiri sebanyak 31.64 ton dengan cakupan lahan sebesar 760.00 ha.

Sebagian besar kebutuhan benih bersertifikat dipenuhi Pertani dan SHS , swasta dan kelompok tani. Sedang sisanya yang tidak terpenuhi menggunakan benih hasil produksi sendiri atau benih jabal. Akibat hal itu, provitas khususnya padi dalam lima tahun terakhir tidak mengalami peningkatan signifikan.

Disisi lain, Eddy pun melihat pelepasan varietas melewati prosedur yang panjang dengan persyaratan dan memerlukan biaya besar. Hal inilah yang menyebabkan sulit berkembangnya varietas yang dihasilkan pengusaha kecil dan menengah.

“Rekayasa teknologi benih berjalan masing masing. Badan Litbang pemerintah, Perguruan Tinggi dan Badan Usaha berjalan masing masing sehingga hasil penelitian tidak dapat dimanfaatkan masyarakat,” ujar Eddy dalam Seminar Pengembangan Teknologi Perbenihan dan Pembibitan Nasional serta Penguata Kelembagaannya di Jakarta, kemarin.

Dirut PT Pertani Wahyu mengatakan serapan benih bersubsidi sepanjang semester I tahun 20187 ini sebesar 30.000 ton atau meningkat 38 % dari pagu 50.000 ton. Capaian ini meningkat mengingat dibangikan periode sama tahun lalu serapannya belum mencapai 20.000 ton.

Wahyu mengatakan tahun ini penyaluran bisa lebih dilakukan lantaran pihaknya lebih proaktif memberikan sosialisasi kepada petani. Pihaknya memberikan pemahaman kepada petani bahwa dengan benih padi unggul bisa menghasilkan produktivitas yang maksimal.

Menurut mantan Direktur Pengadaan Bulog ini sebenarnya petani menyadari penggunaan benih unggul bersertifikat merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya tanaman. Hanya saja petani beranggapan komponen input produksi ini bukan sebagai prioritas .

“Boleh tanya kepada petani , kalau punya uang, petani dipastikan akan membeli pupuk terlebih dahulu sementara benih ditinggalkan. Anggapannya, ah ..bisa bikin benih sendiri saja.Akibat penggunaannya dari cikal bakal yang tidak jelas produktivitasnya tidak menjadi optimal,” ujar Wahyu

Sementara Direktur Keuangan dan SDM PT SHS Ofwan Sofwan mengatakan serapan benih beranggapan rendahnya serapan benih padi bersubsidi beberapa tahun terakhir lebih disebabkan kurangnya modal kerja. Akibatnya, sulit bagi PT SHS menyediakan benih dengan tepat waktu dan jumlah kepada petani. Persoalaan lain ini adalah berkenaan missmanajemen dari direksi sebelumnya.

Tahun 2015, SHS mengalami kerugian hingga Rp 180 miliar.Namun di tahun berikutnya menjadi Rp 60 miliar .”Pada semester I 2017, SHS berhasil mencatat laba sekitar Rp 8 miliar,” terang Ofwan

Ofwan optimis laba perseroan akan meningkat sampai akhir tahun ini sebesar Rp 11 miliar dengan penambahan modal yang sumber pendanaannya berasal dari kredit PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) sebesar Rp 100 miliar.SHS juga terus melakukan upaya restrukturisasi dan efisiensi perusahaan.Adapun semester I 2017, produksi SHS mencapai 19.000 ton dari kuota 50.000 ton atau meningkat lebih dari 100% dibandingkan periode sama tahun lalu.kbc11

Bagikan artikel ini: