Ida Rizal, 'ibunya' UKM yang sukses kenalkan batik Pamekasan hingga mancanegara (1)

Sabtu, 30 Desember 2017 | 23:23 WIB ET
Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrowi saat melihat hasil karya Batik SIla, didampingi Ida Rizal (kiri).
Menteri Pemuda dan Olah Raga Imam Nahrowi saat melihat hasil karya Batik SIla, didampingi Ida Rizal (kiri).

BATIK Indonesia memang sudah diakui dunia, dan sudah banyak dipakai masyarakat dari berbagai kalangan dana usia, mulai dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Namun tren batik itu ternyata belum berbanding lurus dengan kesejahteraan perajin.

Di sejumlah daerah masih banyak perajin batik yang berada di bawah garis kemiskinan. Hasil penjualan batiknya tak mampu mengangkat kesejahteraan keluarga.

Kondisi ini juga dirasakan perajin batik di Pamekasan. Keprihatinan akan nasib perajin batik ini tampaknya terus mengusik Ida Rizal. Dia yang saat itu berkarir di salah satu stasiun radio swasta di Pamekasan terdorong untuk peduli dan membantu meningkatkan kesejahteraan perajin batik. Baginya, tidak ada jalan lain untuk bisa melakukan langkah ini selain dengan terjun menekuni dunia batik.

Awalnya, kepedulian itu dia wujudkan dalam bentuk bantuan pemasaran. Ini yang menjadi starting point dalam mengawali karir sebagai reseller batik Pamekasan, pada tahun 2011.

Kepedulian Non Sila, sapaan akrab Ida Rizal pada nasib para perajin batik memberinya semangat berkarya hingga di 2015 ia mencoba untuk memproduksi batik sendiri dengan nama Sila Batik. Selain membuat batik fashion juga turunannya, seperti kain perca batik yang selama ini dianggap limbah produksi dan mengotori lingkungan pun di tangan dinginnya berhasil disulap menjadi sebuah produk atau kerajinan.

"Kami melibatkan warga tidak mampu, anak-anak putus sekolah, serta ibu-ibu yang sedang berjuang membantu kesejahteraan keluarga. Kita latih dan kita bantu akses modal, bantu pemasaran. Intinya kita dampingi mulai hulu hingga hilir," kata Non Sila.

Tidak heran, kepeduliannya tersebut membuat sejumlah pihak mempercayakan Ida Rizal dalam mengangkat UKM. Astra Indonesia misalnya, mendaulatnya sebagai koordinator UKM binaan Astra. Juga menjadi koordinator UKM binaan Telkom. Sementara oleh Perpustakaan Daerah (Perpusda) dipercaya sebagai konsultan ahli bidang UKM dan pemberdayaan anak-anak serta perempuan khusus Ministry Bill and Melinda Gates Foundation.

Saat ini Non Sila memiliki 600-700 perajin binaan yangg tersebar di 9 kecamatan sentra batik di Pamekasan. Pemberdayaan yang dilakukannya telah mengubah nasib para perajin dan masyarakat sekitar.

Anak-anak putus sekolah bisa kembali merajut mimpinya dan para ibu-ibu rumah tangga juga mampu menyejahterakan keluarganya.

Berkat upayanya pula, batik Pamekasan yang dulu hanya dihargai Rp 5 ribu per lembar --padahal proses membatik membutuhkan tenaga dan waktu pengerjaan hingga seminggu, kini batik Pamekasan memiliki nilai ekonomi jauh berlipat.

Tak hanya itu, batik Pamekasan juga menerima penghargaan standardisasi mutu dan sertifikasi ekspor, sehingga layak dijual belikan di pasar internasional.

"Alhamdulillah saat ini sudah ada 24 negara yang mau menerima batik Pamekasan. Ini juga karena kita dibukakan pintu dan kesempatan oleh Astra. Karena Pamekasan dianggap mampu menghasilkan produk kualitas internasional," jelasnya baru-baru ini.

Kualitas internasional yang dimaksud, karena memenuhi sejumlah kriteria, diantaranya pemilihan bahan yang bagus, juga bis adiaplikasikan ke semua bahan, juga pemilihan warna yang adaptif dan sesuai permintaan pasar.

Selain itu juga originalitas desain dan corak yang bagus serta taste fashionable yang diterima pasar. Ini menjadi keunggulan batik Pamekasan sehingga bisa diterima di pasar internasional.

Kriteria tersebut ia komunikasikan dengan buyer dan membuat mereka terarik untuk datang dan membuktikan bahwa membeli selembar batik sama dengan investasi dunia akhirat. Pasalnya, dengan mengeluarkan uang puluhan atau ratusan ribu bahkan jutaan rupiah, mereka bisa membantu memberi nafkah para perajin.

"Saya sujud syukur saat menerima penghargaan standardisasi mutu dan bisa ekspor. Karena mereka lah saya bekerja dan untuk mereka pula saya bekerja dan tak kenal lelah," tutur Non Sila.

Oleh karena itu dia berharap bisa terus menginspirasi ibu-ibu, pelaku UKM atau siapapun yang membutuhkan. kbc7

Bagikan artikel ini: