Ini keuntungan RI atas shutdown pemerintah AS

Senin, 22 Januari 2018 | 17:10 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Penghentian sementara (shutdown) operasional pemerintahan di Amerika Serikat (AS) diprediksi berlangsung dari minggu ke empat Januari hingga minggu kedua Februari 2018. Shutdown merupakan konsekuensi dari adanya ketidaksepakatan antara Presiden dan Kongres dalam penyusunan anggaran Negara khususnya terkait pembiayaan.

Ekonom The Institute For Development and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan adanya shutdown yang terjadi sejak akhir pekan kemarin memberikan dampak baik positif maupun negating bagi Indonesia. Salah satunya adalah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Bhima memperkirakan shutdown di AS masih akan berlangsung hingga minggu kedua bulan Februari 2018. Hal ini tentu akan memberikan dampak yang baik bagi perkembangan nilai tukar rupiah setidaknya hingga periode tersebut.

"Hal ini disebabkan pada masa shutdown, dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang negara lainnya. Terjadinya shutdown menyebabkan prospek pemulihan ekonomi AS bisa terganggu. Dalam posisi ini justru Rupiah akan diuntungkan," kata Bhima di Jakarta, Senin (22/1/2018).

Kondisi ini, lanjut Bhima harus dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia untuk mendorong peningkatan kinerja perdagangan atau ekspor demi meningkatkan devisa negara. Apabila pada akhir bulan Desember 2017 lalu, cadangan devisa berada di posisi US$130 miliar, maka sesegera mungkin pemerintah mengaman cadangan devisa dengan mendorong devisa ekspor non-migas serta devisa pariwisata. "Bank Indonesia juga perlu terus memantau  ketahanan fundamental ekonomi terhadap tekanan global," ulasnya

Kenda begitu, Bhima juga mengingatkan semakin lama pemerintahan AS terjadi shutdown akan berdampak negatif terhadap perdagangan RI khususnya kepada Amerika yang berpotensi terganggu.Berdasarkan data BPS di tahun 2017, porsi ekspor Indonesia ke AS mencapai 11,2% dari total ekspor atau senilai US$17,1 miliar.

Berdasarkan data BPS di 2017, porsi ekspor Indonesia ke AS mencapai 11,2% dari total ekspor atau senilai US$ 17,1 miliar.Terlebih AS pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2017 tercatat sebesar 3,2% pada triwulan ke-III 2017 atau tercepat dalam 3 tahun terakhir. Hal ini tentu akan meningkatkan risiko terhadap penurunan prospek ekonomi AS.

Pemerintah harus mempersiapkan mitigasi resiko salah satunya dengan memperluas pasar ekspor ke negara alternatif sehingga ketergantungan terhadap AS berkurang.Dari sisi investasi langsung sepanjang Januari-September 2017 berdasar data BPKM, realisasi investasi AS di Indonesia berada di peringkat ke 4 sebesar US$ 1,53 miliar atau naik US$ 1,1 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Bhima mengatakan tren positif investasi AS pada tahun 2018 bisa terkoreksi akibat terjadinya shutdown, ditambah adanya reformasi kebijakan. Untuk itu, pemerintah harus melanjutkan reformasi investasi khususnya percepatan perizinan, deregulasi dan evaluasi insentif fiskal.

"Harapannya efek negatif investasi AS yang berkurang bisa di tutupi oleh kenaikan investasi dari negara lainnya. Dengan kondisi tersebut, Pemerintah perlu terus melanjutkan reformasi investasi khususnya percepatan perizinan, deregulasi dan evaluasi insentif fiskal.kbc11

Bagikan artikel ini: