Stok menipis, harga rumah sekunder cenderung meningkat

Selasa, 30 Januari 2018 | 23:41 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Selain rumah baru yang dibangun pengembang, pasar properti juga memiliki segmen tersendiri yakni jenis sekunder alias rumah second. Hanya saja, dalam setahun terakhir ini persediaan atau stok rumah sekunder terus berkurang, sehingga harganya pun mulai membaik.

Hal itu dikatakan Ketua Umum DPP Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI), Hartono Sarwono di sela Musyawarah Daerah (Musda) DPD AREBI Jatim di Surabaya, Selasa (30/1/2018).

Menurut Hartono, jika pada 2-3 tahun lalu harga rumah sekunder rata-rata bisa dipatok di kisaran 30-35 persen di bawah harga normal, namun pada tahun 2017 lalu trennya tinggal 10-15 persen di bawah harga normal.

"Bisa jadi pada tahun ini harga rumah sekunder akan menyentuh harga normal atau harga yang sebenarnya. Karena memang pemilik rumah mulai menahan asetnya," ujarnya.

Kondisi tersebut, sebut Hartono, akan menjadi kesempatan bagi pengembang untuk masuk dengan produk-produk baru yang dibangunnya. "Jika sebelumnya untuk segmen agen properti ya, penjualan rumah sekunder bisa mencapai 70 persen dari total penjualan, mungkin tahun ini bisa kurang dari 50 persen. Ya karena kian menipisnya stok rumah sekunder tersebut," ungkapnya.

Secara nasional, dia bilang, pertumbuhan penjualan properti secara umum tahun ini bisa tumbuh hingga 10 persen. Menurutnya, tren pembeli properti yang tampak mendominasi di tahun 2018 ini adalah kaum generasi milenial atau usia muda yang membutuhkan tempat tinggal.

Hal ini juga dipicu oleh adanya kenaikan upah minimum setiap tahunnya sehingga kesiapan para milenial cukup matang untuk kredit properti.

"Pasar yang akan mendominasi tahun ini saya perkirakan dengan range harga antara Rp 300 juta hingga Rp1 miliar, mungkin sekitar 60 persensampai 70 persen," ujar Hartono.

"Dan ini tergantung kotanya kalau kota besar lebih mengarah pada hunian vertikal dan kabupaten lebih ke hunian landed," imbuhnya.

Hal senada juga dikatakan Ketua DPD AREBI Jawa Timur, Rudi Sutanto. Namun demikian, meski pasar properti secara umum tumbuh, namun harga jual rumah akan tertahan. Hal ini karena investor masih wait and see atau menahan pembelian. Kalau pun ada, tidak sebesar beberapa tahun lalu.

"Permintaan dan produk masih akan tumbuh. Tapi harga masih stagnan, bahkan sama dua tahun yang lalu, bisa jadi sama," ungkap Rudi.

Rudi mencontohkan, rumah di kawasan Surabaya Barat, yang tahun 2016 dijual dan laku dengan harga Rp 2 miliar hingga Rp 3 miliar, di tahun ini diprediksi sama.

Hal itu sudah tampak sejak di triwulan IV tahun 2017 lalu, yang menunjukkan bila penjualan rumah second mampu menopang industri penjualan properti dalam jumlah besar, tapi harga tetap.

Kondisi itu, menurut Rudi karena kebutuhan dari pemilik untuk menjual rumahnya secara cepat, dan kebutuhan dari konsumen atau pembeli untuk dapat rumah secara cepat.

Namun bagi agen properti atau broker, tahun 2018 adalah tantangan tersendiri dalam menjual produk properti. Komunikasi yang lebih kuat dan kerjasama yang lebih erat diperlukan bagi agen dan developer atau pengembang.

Dalam Musda AREBI DPD Jatim itu, Rudi Sutanto terpilih menggantikan Ketua DPD AREBI Jatim yang sebelumnya dipegang Cecilia Erni. Saat ini jumlah anggota AREBI di Jatim sebanyak 134 perusahaan dengan jumlah agen properti lebih dari 2.000 orang atau member. kbc7

Bagikan artikel ini: