Usai rugi besar tahun lalu, Garuda bidik laba US$8,7 juta di 2018

Selasa, 27 Februari 2018 | 15:35 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menargetkan meraup laba bersih sebesar US$8,7 juta di penghujung tahun ini. Target ini boleh dibilang optimis, mengingat tahun lalu perusahaan maskapai pelat merah tersebut merugi hingga US$213,4 juta.

"Kami berharap, setahun penuh, kami sudah bisa membukukan laba," ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury, Senin (26/2/2018).

Pertumbuhan laba tahun ini akan ditopang oleh pendapatan perusahaan yang dibidik tembus US$4,9 miliar atau naik 16,6 persen. Target itu memperhitungkan pertumbuhan ekonomi 5,4 persen, inflasi di kisaran 3,5 persen, dan nilai tukar sebesar Rp13.500 per dolar AS.

Sebagai strategi, perusahaan akan melakukan strategi lindung nilai (hedging), terutama untuk mengantisipasi fluktuasi harga avtur. Maklum, harga bahan bakar avtur berpengaruh besar terhadap operasional perusahaan.

Menurut catatan perusahaan, biaya avtur berkontribusi sebesar 13 persen terhadap total biaya operasional di tahun lalu, yaitu US$4,25 miliar. Tahun lalu, peningkatan biaya avtur mencapai 25 persen. Padahal, tahun sebelumnya, biaya avtur cuma US$1,15 miliar.

"Soal avtur, kami melakukan hedging tahun ini yang kisarannya masih dibawah 50 persen, tetapi itu sudah meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu," imbuh Pahala.

Selain hedging, perusahaan juga akan menjalankan program efisiensi penggunaan avtur demi mengendalikan biaya operasional, termasuk memroses rute-rute yang menguntungkan dan meniadakan beberapa rute.

Pun demikian, ia menolak merinci rute mana saja yang akan ditutup. Ia menilai, penutupan rute sebagai bagian dari restrukturisasi demi efisiensi dan meningkatkan ketersediaan kursi penumpang.

"Rute-rute yang akan dibuka dan ditutup masih bisa diumumkan. Tapi, restrukturisasi dari rute-rute ini, contohnya rute dari Ujung Pandang ke Medan atau Palembang tanpa transit. Selain itu, misalnya ada rute yang ke Denpasar ketersediaannya masih dibawah 70 persen akan ditinjau ulang," pungkasnya. kbc10

Bagikan artikel ini: