Setelah garap apel, Kadin Jatim perluas kerja sama dengan lembaga Belanda

Jum'at, 13 April 2018 | 13:16 WIB ET
Pertemuan Kadin Jatim dan PUM Netherlands
Pertemuan Kadin Jatim dan PUM Netherlands

SURABAYA, kabarbisnis.com: Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur (Jatim) terus melakukan terobosan untuk memajukan ekonomi Jatim. Setelah melakukan kerjasama dengan PUM Netherlands Senior Experts untuk pengembangan dan perbaikan produksi apel di Batu, kini kerjasama tersebut diperluas ke semua sektor dan industri

“Pertemuan saat ini untuk memperluas sektor-sektor di Kadin yang bisa dibantu oleh  PUM. Kalau kemarin kerjasama ini masih terbatas pada sektor agribisnis, yaitu pengembangan buah apel. Maka sekarang untuk semua sektor dan industri,” tegas Country Coordinator PUM Netherlands Senior Experts, Joost Van Oort di Graha Kadin Jatim, Kamis (13/4/2018) petang.

Dijelaskan Joost, selama ini PUM telah bekerja dan membantu pelaku bisnis di Indonesia sejak 30 tahun lebih. Bahkan jumlah perusahaan yang dibantu sepanjang 30 tahun tersebut sudah mencapai ribuan perusahaan dari berbagai sektor. Sementara kerjasama dengan Kadin Jatim ini dimulai sejak dua tahun yang lalu untuk pengembangan lahan apel percontohan di Batu.

Wakil Ketua Umum Kadin Jatim Bidang Pertanian Adik Dwiputranto yang didampingi oleh Ketua Komite Tetap Bidang Ketahanan Pangan dan Hortikultura, Erni Maria mengatakan bahwa kerjasama dengan PUM ini adalah untuk membantu industri menemukan persoalan mereka dan mencarikan solusinya. Dan ini akan disinergikan dengan semua sektor yang ada di Kadin Jatim. Karena PUM memliki sekitar 2.000 tenaga ahli selevel Senior Manger dari berbagai sektor yang bisa diperbantukan untuk semua sektor dan industri di Kadin Jatim.

“Kalau sekarang mungkin yang diperlukan ya di sektor agricurture, bagamiana mengembangan sektor pertanian kita menjadi lebih baik dari sisi produktifitas dan kualitasnya,” terang Adik.

Khusus untuk yang pengembangan apel di Batu,Kadin ingin menjadikannya sebagai lahan percontohan pertanian terintegrasi, yang mencakup pengembangan lahan apel, pengembangan  peternakan, pengolahan sampah dan kotoran ternak menjadi pupuk dan biogas serta training center. Secara keseluruhan, lahan ini akan dikonsep menjadi destiansi wisata dan edukasi.

“Yang akan kita lakukan, bagaimana memroduksi apel dengan kualitas dan kuantitas yang bagus sesuai dengan standar Good Agricurture Product. Jika berhasil, maka petani akan bertahan untuk berbudidaya apel. Setelah target pertama tercapai, maka selanjutntya adalah proses penjualan, apalah langsung dijual ataukah diproses dulu. Dijual dalam bentuk Fress product atau menjadi pruduk olahan. Kalau sekarang untuk mengembangan buah apel di lahan seluas satu hektar, tetapi di sekitarnya ada 7 hingga 8 hektar lahan yang bisa dikembangkan untuk pertanian terintegrasi.,” tambahnya.

Erni menambahkan bahwa keinginan Kadin untuk membangun pertanian terintegrasi ini dengan melihat besarnya potensi yang bisa dikembangkan dan potensi bisnis yang ada. Apalagi Belanda terkenal dengan konsep tersebut dan keahiannya dalam melakukan branding.

“Tulip itu bukan bunga asal Belanda, tetapi melalui branding yang dilakukan, seluruh dunia berasumsi bahwa Tulip itu ya di Belanda. Kami ingin menirunya, makanya pada saat bisnis link besok, kami ingin mengunjungi perusahaan-perusahaan yang sejenis yang ada di sana yang telah sukses mengembangkan konsep pertanian terintegrasi ini,” pungkas Erni. kbc6

Bagikan artikel ini: