Dirut PTPN X optimistis program T-200 bisa wujudkan swasembada gula

Minggu, 24 Juni 2018 | 17:57 WIB ET

SIDOARJO, kabarbisnis.com: Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara X atau PTPN X Dwi Satriyo Annurogo optimistis swasembada gula nasional bisa diwujudkan dan tidak hanya menjadi angan-angan. Hal ini menyusul keberhasilan PTPN X meningkatkan produktivitas  tebu hingga 200 ton per hektar di lahan percontohan dari rata-rata sekarang yang masih sekitar 70 ton per hektar melalui program T-200.

Dalam kegiatan “Tebang Perdana” di Kebun Kendal Krian Dwi mengatakan bahwa program T200 telah dilakukan oleh PTPN X di 24 demplot atau lahan percontohan yang tersebar di 10 Pabrik Gula PTPN X dengan luas lahan sekitar 209,675 hektar. Dari hasil taksasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa produksi tebu di lahan tersebut rata-rata telah mencapai 180 ton per hektar, bahkan yang di Ubinan berhasil mencapai 207 ton per hektar.

“Artinya program produktivitas 200 ton per hektar itu bukan persoalan yang mustahil, di sini sudah tercapai. Jika sekarang rata-rata produktivitas tebu di lahan petani PTPN X masih sekitar 70 ton per hektar, maka panen di lahan percontohan ini sudah menunjukkan adanya peningkatan sekitar tiga kali lipat.  Kalau gerakan ini bisa diperluas ke seluruh petani yang ada PTPN X, maka cita-cita swasembada gula bukan angan-angan lagi,” tegasnya di Sidoarjo, Sabtu (23/6/2018).

Ia mencontohkan, jika diambil rata-rata 100 ton per hektar dengan rendemen 8 persen, maka langkah ini bisa meningkatkan produksi gula hingga 30 persen. “Dengan budidaya dan tata kelola yang benar, itu bisa.  Kita benahi budidayanya, tanamannya maka hasil akan mengikuti karena gula dihasilkan bukan dari pabrik,” tegasnya.

Dijelaskan Dwi, program T-200 ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan lahan pengembangan sehingga intensifikasi budidaya tebu mutlak harus dilakukan. Melalui program ini, sasaran utama yang ingin dicapai adalah terwujudnya regrouping areal, penerapan teknologi mekanisasi dan pencapaian produktivitas tebu 200 ton per hektar dalam kurun waktu tiga tahun.

Ada empat faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan intensifikasi tanaman tebu. Pertama tentang pola tanam, mulai dari pengolahan lahan hingga pemilihan bibit atau varietas dan berapa kali pengeprasan tebu dilakukan. Yang kedua  pemberian pupuk tepat waktu, ketiga menjaga dari gangguan drainase dan ketersediaan air.

Penerapan keempat faktor inilah yang membuat program T-200 berhasil dilakukan, salah satunya di lahan tebu Kebun Kendal Krian Sidoarjo. Hasil analisa awal pada tebu varietas Bululawang (BL) di Kebun ini menunjukkan pencapaian rendemen tinggi dengan angka Brix rata-rata 18,62 persen. Sedangkan produktivitasnya mencapai 180 ton per hektar.

“Kedepan, program ini akan terus kami kembangkan, tidak hanya di lahan milik PG tetapi juga seluruh lahan tebu milik petani. Saat ini yang melakukan bongkaraton mencapai 10 persen dari total lahan di wilayah PTPN X. Tahun depan kami targetkan bisa mencapai 19 persen dan di 2020 mencapai 25 persen,” akunya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Tanaman Semusim Holding Perkebunan Mochammad Cholidi mengatakan bahwa upaya intensifikasi yang  dilakukan oleh PTPN X ini harus mendapatkan support dan perhatian karena program ini akan sangat menentukan keberhasilan peningkatan produktivitas tebu nasional.

“Kami dari Holding juga mendorong dengan melaksanakan proyek 10 ton gula per hektar (P10H), dari 100 ton per hektar tebu dikalikan 10 rendemen atau 110 ton tebu dikalikan 9 rendemen atau 120 ton kali 8,5, mana yang bisa dijangkau. Tetapi 10 ton per hektar ini harus segera diviralkan.  Kalau sekarang masih 80 ton per hektar dengan rendemen 8, itu masih 6,4 protas, tetap belum bisa menyaingi Thailand,” ujar Cholidi.

Menurutnya, sebenarnya Indonesia bisa bersaing dengan produksi gula di luar negeri. Bahkan jika gerakan seperti ini dilakukan secara massal akan mudah Indonesia mengalahkan produksi mereka. Jika produktivitas bisa ditingkatkan 100 ton per hektar dengan rendemen 8,5 maka Indonesia sudah bisa mengalahkan Thailand, karena produktivitas di Thailand maksimal 75 ton per hektar dengan rendemen 10 hingga 11.

“Jika kita bisa menanam 100 ton per hektar, maka kita bisa kalahkan Thailand. Yang harus dilakukan adalah memperbanyak gerakan proyek rintisan seperti ini agar petani mau kembali fokus mengolah tanah yang subur untuk mendapatkan hasil yang maksimal,” pungkasnya.kbc6

Bagikan artikel ini: