'Keberagaman Indonesia' dipamerkan di House of Sampoerna

Minggu, 23 September 2018 | 06:20 WIB ET
Sri Adiningsih (dua dari kiri), didampingi kurator Oscar Motuloh (kiri) dan Ina Silas (kanan), serta Direktur Urusan Eksternal dan Fiskal Sampoerna, Elvira Lianita (kedua dari kanan) dan Kepala Urusan Regulasi dan Perdagangan Internasional Jonathan Ng (kedua dari kiri), melihat salah satu koleksi sejarah pada pameran bertajuk
Sri Adiningsih (dua dari kiri), didampingi kurator Oscar Motuloh (kiri) dan Ina Silas (kanan), serta Direktur Urusan Eksternal dan Fiskal Sampoerna, Elvira Lianita (kedua dari kanan) dan Kepala Urusan Regulasi dan Perdagangan Internasional Jonathan Ng (kedua dari kiri), melihat salah satu koleksi sejarah pada pameran bertajuk "Tanah Air" di House of Sampoerna, Surabaya, Sabtu (22/9/2018).

SURABAYA, kabarbisnis.com: Dalam rangka memeringati Sumpah Pemuda 2018, House of Sampoerna dan beberapa lembaga museum, pemerintahan dan kolektor pribadi bersatu menggelar program bertema "Bhinneka Satu".

Bhinneka Satu merupakan acara tahunan yang mengangkat sejarah keberagaman dan persatuan bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan keberlangsungannya.

Tahun ini, kegiatan program Bhinneka Satu diwujudkan dengan pameran warisan budaya dan foto “Tanah Air” bertema kepemudaan. Ada sebanyak 147 koleksi foto, poster, artefak, lukisan, dan kain dipamerkan dalam ajang ini.

Acara diawali dengan paparan kebangsaan tentang kepemudaan dan persatuan pada 22 September 2018, dan sebuah diskusi interaktif yang akan dipandu oleh Suara Surabaya Media, bertemakan ‘Menghadapi Tantangan Persatuan’ pada Sabtu (23/9/2018).

Pada kegiatan ini, House of Sampoerna menghadirkan sejumlah tokoh nasional, seperti Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Prof Dr Sri Adiningsih M.Sc., Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dr Hilmar Farid, dan dua pengusaha muda Surabaya, yakni Pendiri Dus Duk Duk, Angger Diri Wiranata, dan Chief Community Activation Good News from Indonesia Shinta Saputra.

Sementara pameran warisan budaya dan foto digelar pada 22 September - 11 November 2018 di The Residence, House of Sampoerna yang merupakan kerja sama antara House of Sampoerna, Direktorat Sejarah – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Museum Nasional Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Arsip Nasional Republik Indonesia, Harian Kompas, Museum Tekstil DKI Jakarta, Nationaal Archief Netherlands, Museum Panji Tumpang, Malang, Museum Wayang Potehi Gudo, Jombang, dan Ebby Dwijaya.

Bertindak sebagai penasihat adalah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sedang kurator pameran ini adalah Oscar Motuloh, dan Gunawan Widjaja dari Calibre.id, serta Ina Silas dari House of Sampoerna.

Direktur Urusan Fiskal dan Eksternal Sampoerna, Elvira Lianita, mengatakan, Sumpah Pemuda dapat menjadi momentum bagi seluruh komponen bangsa untuk semakin merekatkan persatuan di tengah perbedaan demi kemajuan Indonesia.

Tak hanya itu, setiap warga, khususnya kaum muda, juga dapat menggunakan momentum persatuan ini untuk terus melakukan gerakan revolusi mental yang digagas oleh Bapak Pendiri Bangsa Soekarno untuk menghadapi tantangan bangsa, termasuk di bidang ekonomi. Indonesia, sebagai bangsa terbesar keempat di dunia, memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan.

"Kaum muda sebagai agen perubahan perlu meningkatkan kompetensi agar dapat membangun Indonesia yang lebih baik. Hal ini dapat menjadi modal sosial yang baik untuk membangun bangsa," kata Elvira.

Di tempat yang sama, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sri Adiningsih mengingatkan kepada pemuda akan makna dari sumpah pemuda salah satunya dengan mengisinya melalui pembangunan diberbagai bidang.

"Pemerintah saat ini terus berupaya untuk melakukan pembangunan baik itu pembangunan manusia dan juga pembangunan infrastruktur," katanya.

Ditegaskannya, sumpah pemuda ini merupakan cita-cita kemerdekaan Indonesia, di mana anak milenial saat ini juga bisa memahami apa itu sumpah pemuda.

"Kami sempat melakukan survei kepada sekitar 200 anak generasi muda, terkait dengan mimpi bangsa Indonesia ini nanti akan dibawa kemana, apakah ada ide aneh yang muncul atau seperti apa?. Tetapi ternyata hasilnya masih tetap mencapai cita-cita kemerdekaan seperti yang disampaikan oleh 'founding father'. Artinya masih tetap konsisten," ujarnya.

Oleh karena itu, Pemerintah bekerja keras untuk mencapai kemerdekaan bangsa. Pemerintah sekarang menggunakan Nawacita untuk bangun Indonesia, bukan Jawa tetapi Indonesia baik itu membangun manusia, infrastruktur dan juga perekonomian. kbc7

Bagikan artikel ini: