Mengkhawatirkan! 42,5 Persen startup terpuruk akibat pandemi

Jum'at, 10 Juli 2020 | 10:35 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Pandemi Covid-19 yang memukul perekonomian nasional juga dirasakan perusahaan rintisan alias startup di Tanah Air.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center, sebesar 42,5 persen startup digital berada dalam kondisi buruk atau sangat buruk akibat pandemi Covid-19.

Survei tersebut dilakukan terhadap 139 eksekutif startup pada Mei-Juni 2020. Riset bertujuan menunjukkan kondisi startup sebelum dan setelah pandemi Covid-19.

Direktur Riset Katadata Insight Center, Mulya Amri menjelaskan, sebelum pandemi melanda Indonesia, sebagian besar atau 74,8 persen startup di Tanah Air mengaku berada dalam kondisi yang baik atau sangat baik di akhir 2019. 

Namun saat survei dilakukan pada Mei-Juni 2010, tinggal 33 persen startup yang berada dalam kondisi baik dan sangat baik. Sebanyak 24,5 persen dalam kondisi biasa saja.

"Jadi pandemi ini banyak memukul perusahaan-perusahaan digital, ada migrasi dari kondisi baik atau sangat baik menjadi buruk atau sangat buruk," ujarnya dalam webinar Pandemi Covid: Dampak Terhadap Pelaku Ekonomi Digital, Kamis (9/7/2020). 

Meski demikian, ada hal yang menarik karena ternyata beberapa startup mampu meningkatkan kondisi kesehatan perusahaan sehingga menjadi di posisi baik atau sangat baik, dari sebelumnya berada di posisi dengan kondisi biasa saja.

"Jadi dalam kondisi pandemi tidak 100 persen terkena dampak negatif. Ada yang bisa memanfaatkan peluang, terutama bagi yang inovatif," kata dia.

Adapun dalam survei ini, menunjukkan sektor pariwisata, ekosistem pendukung digitalisasi, dan maritim menjadi yang paling terpukul akibat pandemi. 

Sedangkan sektor sistem pembayaran, logistik, pertanian, kesehatan, teknologi informasi dan pendidikan, meski terkena dampak, namun kondisi perusahaan masih cukup baik.

Mulya mengatakan, survei juga menemukan jika perusahaan yang berada pada tahapan awal atau seed & cockroach (valuasi dibawah 10 juta dollar AS) cenderung paling terpukul. Sementara, startup kategori pony (valuasi 10-99,9 juta dollar AS), serta centaur dan unicorn (valuasi di atas 100 juta dollar AS), cenderung masih bisa menahan tekanan memburuknya ekonomi akibat pandemi. 

"Jadi semakin besar ukuran perusahaannya, maka semakin stabil, tidak terlalu buruk-buruk sekali kondisinya," ujar Mulya.

Tekanan yang dialami selama pandemi tergambar dalam penurunan terhadap jumlah pengunjung/pengunduh aplikasi, jumlah transaksi per bulan, nilai transaksi per bulan dan jenis produk/layanan yang ditawarkan.

Jumlah startup dengan nilai transaksi di atas Rp 1 miliar - Rp 100 miliar per bulan, banyak yang mengalami penurunan omzet menjadi di bawah Rp 1 miliar, yakni dari 30,2 persen menjadi 14,7 persen. 

Namun, jumlah startup dengan transaksi di atas Rp 100 miliar yang semula sebanyak 10,9 persen startup mengalami kenaikan menjadi 13,2 persen.

Selain pergeseran jumlah transaksi, juga terjadi perubahan preferensi konsumen yang diikuti startup dengan dengan perubahan jenis dan fokus layanan. Misal sektor pendidikan terjadi perubahan permintaan dari kursus offline menjadi online.

"Pada sektor pariwisata semula menjual tiket berganti menjadi jasa pelayanan pembayaran tagihan online dan pulsa," pungkas Mulya. kbc10

Bagikan artikel ini: