Joe Biden resmi dilantik, ini prospek bagi perekonomian RI menurut pengusaha

Rabu, 20 Januari 2021 | 11:46 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Rabu (20/1/2021) ini Joe Biden secara resmi menjadi presiden, dan Kamala Harris akan menjadi wakil presiden Amerika Serikat.

Para pelaku usaha Indonesia menilai, era kepemimpinan Joe Biden ini adalah era yang menjanjikan untuk pertumbuhan dan peningkatan eskalasi ekonomi Indonesia.

Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan, ada beberapa hal yang mendukung pernyataan ini.

“Pertama, adanya peningkatan kepastian berusaha dengan AS. Jadi, tidak ada lagi ketidakpastian yang mengejutkan (no more ugly surprises),” tutur Shinta dalam web seminar, Selasa (19/1).

Kedua, Shinta juga melihat kalau akan ada potensi peningkatan permintaan pasar AS dan pasar global seiring dengan adanya program stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah AS dan normalisasi ekonomi  di sana.

Ketiga, Indonesia berpeluang untuk menarik investasi dari negeri Paman Sam, terutama dari sektor manufaktur. Hal ini seiring dengan kemungkinan akan berlanjutnya perang dagang dan China decoupling.

Akan tetapi, Shinta juga masih melihat akan adanya risiko dan hambatan yang membayang. Seperti potensi peningkatan tuduhan anti-dumping, anti-subsidi, dan kebijakan lainnya oleh AS.

Apalagi, seperti yang kita ketahui, Indonesia pernah mengalami tuduhan anti-dumping, khususnya untuk bio fuel pada zaman pemerintaahn Presiden Barack Obama. Hal ini membuat Indonesia tidak bisa lagi mengekspor biofuel ke AS. Tuduhan ini dimenangkan oleh AS di level domestik maupun level WTO.

Sementara tuduhan anti-subsidi yang sebenarnya dimenangkan oeh Indonesia. Namun, AS pada tahun 2019 mengklasifikasikan Indonesia sebagai negara maju. Ini berpotensi Indoensia akan susah dalam memenangkan tuduhan anti-subsidi tersebut.

“Karena margin perhitungan subsidi yang dipersempit. Jadi, Indonesia memang harus memastikan kebijakan nasional, khususnya kebijakan terkait produk ekspor unggulan untuk menghindari peningkatan tuduhan dari AS,” tegasnya.

Hal lain juga terlihat dari semboyan “America Must Lead Again” yang digembar-gemborkan. Ini akan memberi peluang yang lebih sempit untuk kerjasama pragmatis ala Trump, seperti indonesia-US Limited Trade Deal.

Meski memang kesepakatan perdagangan ini masih akan terus diupayakan oleh Indonesia, tetapi kemungkinannya akan lebih sulit karena Biden akan lebih fokus ke aspek multilateral.

Lantas, apa yang perlu dilakukan oleh Indonesia?

Shinta menekankan kalau Indonesia harus bermain dengan cermat dan tepat (play it smart). Bahkan, Indonesia juga perlu memanfaatkan Undang-Undang Cipta Kerja untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan AS.

Karena Indonesia harus sadar, kalau Biden sebagai presiden AS pasti akan mendahulukan kepentingan negaranya dan mementingkan kepentingan negara lain yang sejalan. Kalau kepentingan Indonesia tidak sejalan, bisa saja Indonesia kehilangan kesempatan.

“Makanya, Indonesia perlu play smart. Harus menavigasi peluang dan tantangan yang ada di era Biden agar selaras dengan kepentingan Indonesia,” tandasnya. kbc10

Bagikan artikel ini: