Perkuat pasar domestik, Panca Mitra rilis produk olahan udang Ebinoya

Selasa, 26 Januari 2021 | 22:57 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Sukses di pasar ekspor dengan produk berbasis udang, PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) mulai melirik dan memperkuat pasar lokal dengan varian produk value added yakni olahan udang dengan nama Ebinoya.

Direktur Utama PMMP, Martinus Soesilo mengatakan, selama ini perseroan memang terkonsentrasi kepada pasar ekspor terutama Amerika Serikat dan Jepang yang memiliki demand sangat tinggi, baik untuk menyuplai kebutuhan hotel dan restoran maupun ritel.

“Namun dengan kondisi pandemi seperti sekarang permintaan pasokan udang untuk restoran ini menurun, tetapi ternyata permintaan pasar ritel, khususnya produk diversifikasi atau value added malah naik karena banyak keluarga yang memilih untuk memasak sendiri di rumah,” katanya pada peluncuran produk diversifikasi Ebinoya di Surabaya, Selasa (26/1/2021).

Ebinoya sendiri merupakan produk frozen and ready-to-cook shrimp dengan beragam varian, seperti Ebi Furai, Butterfly Ebi Furai, dan Shrimp Popcorn untuk segmen ritel. Selain itu, untuk segmen restoran dan food services, Ebinoya juga telah memasok beberapa varian produk Value Added lainnya, seperti Sushi Ebi yang merupakan ready-to-eat shrimp.

"Guna memperkuat penetrasi di pasar lokal, perseroan telah melakukan kerja sama dengan sejumlah peritel, seperti LotteMart, Aeon, Papaya Surabaya, Yogya Group, Meat Mart Bali, Frestive Bali, dan Smarco Medan," ulas Martinus.

Selain itu, pada segmen restoran dan foodservice, Ebinoya juga telah memasok beberapa nama restoran, seperti HokBen, Sushi Tei Surabaya, ThaiStreet Surabaya, dan Das Bistro - Soesjach Bali. Selain itu, Ebinoya sendiri juga sudah mulai dipasarkan melalui platform e-commerce.

"Kami akan terus memperluas pasar dengan menambah kerja sama baik di segmen ritel maupun restoran," ujarnya.

Ditambahkan Martinus, saat ini kontribusi produk value added masih sekitar 15-20 persen. Diharapkan produk value added ini bisa berkontribusi menjadi 35-40 persen pada 2022 hingga 2023. 

Menurutnya, perseroan ingin mengubah fokus juga terhadap produk value added atau bernilai tambah mengingat secara persaingan di pasar domestik belum banyak dibandingkan pabrik untuk produksi udang mentah.

“Untuk produk bernilai tambah juga kita pelan-pelan karena pasar di sini tidak seperti di AS dan Jepang, karena kalau di Indonesia memang konsumsi tertinggi masih produk ikan,” imbuhnya.

Martinus menambahkan, saat ini kapasitas produksi perseroan mencapai 25.000 ton/tahun. Rencananya produk diversifikasi atau udang siap goreng bermerek Ebinoya ini akan memiliki kapasitas sekitar hingga 30 persen dari total kapasitas yang dimiliki.

Head of Investor Relation and Corporate Secretary PMMP, Christian Jonathan Sutanto, menambahkan, perseroan sendiri juga berencana meningkatkan kapasitas produksi pabrik dengan target memiliki total 9 pabrik. Saat ini sudah ada 7 pabrik dengan total kapasitas 25.000 ton/tahun.

Rencananya pabrik ke-8 akan rampung pada tahun ini dengan investasi Rp75 miliar, sedangkan pabrik ke-9 dimulai tahun depan dengan investasi sekitar Rp150 miliar. 

Seluruh pabriknya berada di Situbondo dengan total lahan yang dimiliki saat ini 17 ha tetapi baru tergarap 9 ha. Investasi pabrik ke-8 ini dibangun dari dana IPO 2020 yang didapat Rp110 miliar, selanjutnya pabrik ke-9 akan cari investasi dari utang ataupun obligasi.

“Harapannya 2023 kapasitas produksi total kita bisa mencapai 33.000 - 35.000 ton/tahun, ini juga sejalan dengan upaya kami untuk membuka pasar ekspor baru di negara-negara Uni Eropa,” jelasnya.

Sementara itu perseroan mencatat, di tengah pandemi Covid-19 masih mampu mencatat kinerja penjualan positif. Hingga Juni 2020, penjualan perseroan mencapai US$83,3 juta atau naik sebesar 12,6 persen (Yoy). Sedangkan laba bersih tercatat US$5,3 juta atau naik sebesar US$4,6 juta atau 630 persen dibanding Juni 2019 sebesar US$0,7 juta.

Sementara kinerja penjualan segmen varian value added mengalami kenaikan volume penjualan sebesar 66,4 persen dari 1.073 ton menjadi 1.786 ton pada Juni 2020, atau setara US$13,3 juta. kbc7

Bagikan artikel ini: