DPR cecar Kementan terkait asal muasal penyebaran PMK
JAKARTA, kabarbisnis.com: Ketua Komisi IV DPR RI Sudin mencecar Kementerian Pertanian (Kementan) terkait asal muasal penyebaran Penyakit Mulut Kuku (PMK) pada hewan ternak sapi. Hingga kini , PMK sudah menyebar di 15 provinsi.
"Saya ingin tahu, asalnya dari mana, apakah (PMK) dari India? Jujur saja, karena masuknya dari Jawa Timur, ada yang bilang dari Gresik, ada yang bilang dari Aceh. Bagaimana mau tahu vaksinnya kalau asal muasalnya tidak tahu. Atau bisa saja, pihak karantina yang lalai bisa saja," tegas Sudin saat membuka Rapat Kerja dengan Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (23/5/2022).
Menyoroti soal vaksinasi hewan ternak, Sudin menyesalkan Kementan belum memiliki rencana matang untuk memperoleh bibit sekaligus produksi vaksinasi PMK di Indonesia. Sedangkan, vaksinasi PMK yang ditargetkan oleh Kementan dilaksanakan pada awal bulan Agustus 2022.
Sudin meminta penanganan PMK ini harus saling koordinasi antar kementerian, lembaga, dan unsur lainnya, bukan saling menyalahkan. Sehingga penyebaran PMK segera ditekan dan ditangani dengan tepat. Hal ini menjadi urgen, karena pada agustus mendatang, permintaan daging sapi akan melonjak jelang Hari Raya Idul Adha.
Sudin mendorong Kementan membuat rencana alternatif mencegah penyebaran PMK di Indonesia. Satu di antaranya menyalurkan disinfektan sebanyak-banyaknya kepada peternakan yang belum terkontaminasi oleh PMK. "PMK ini lebih jahat dari Omicron," tandas Sudin.
Awalnya, Menteri Pertanian Sahrul Yasin Limpo saat rapat tengah memaparkan upaya Kementan dalam menanggulangi wabah PMK yang saat ini sudah menyebar ke 15 provinsi di Indonesia. Kemudian dalam sesi pemaparan mengenai jenis virus yang mewabah di Indonesia itu, Mentan kemudian tiba-tiba dipotong oleh Sudin.
"Perkembangan terbaru penanganan PMK dari jajaran Kementan, Pusat Veteriner Farma [Pusvetma] di Surabaya telah menemukan stereotif yang beredar di Indonesia berkode O/ME-SA/Ind/2001/e," ujar Sahrul.
Kemudian, Sudin pun langsung menanyakan asal muasal virus PMK yang mewabah di Indonesia. "Tipe O itu asalnya dari mana?," tanyanya.
"Dari beberapa negara. Mungkin bisa saya lanjut dulu," jawab Mentan.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan, Nasrullah yang mendampingi Mentan menambahkan, streotifnya sejenis ditemukan di Asia Tenggara. Kemudian, Sudin kembali mempertanyakan asal muasal virus PMK, apakah dari India atau Asia Tenggara.
"Izin pak ketua, ini pengistilahan mereka. Mungkin ditemukan di India saat itu tetapi yang berkembang di posisi saat ini Asia Tenggara," papar Nasrullah.
Namun, Sudin meminta Kementan mempertegas asal muasal virus ini. "Asal muasal dari India, kan? Jadi gini, you jujurlah jangan lari ke sana ke sini, saya paling gak suka, tau?" katanya.
"Tahun 2001 dari India pak ditemukan [tipe O]," jawab Nasrullah.
Sudin mengatakan, virus PMK di Asia Tenggara jarang ditemukan. "Di Malaysia ada gak peternakan sapi, enggak ada. kalau domba ada. Kita ngomong terbukalah, saya ini tidak menyalahkan kementerian. Kita duduk di sini mencari penyelesaian terbaik untuk negara ini," tegas Sudin.
Menanggapi hal ini, Mentan meyakini, pihaknya akan mampu memproduksi vaksin dengan target 4 bulan atau sebelum Agustus 2022. Selanjutnya akan dilakukan populasi massal seluruh populasi ternak yang berpotensi kena PMK.
"Oleh karena itu kami seluruh jajaran PMK meminta dukungan Komisi IV DPR RI yang terhormat agar kami bisa segera menyelesaikan wabah PMK secepat mungkin untuk kembali menjadi negara yang bebas PMK," ujarnya.
Kementerian sendiri, kata Sahrul, sudah mengambil langkah untuk menanggulangi wabah PMK dalam 3 agenda. Ketiga agenda tersebut yakni agenda darurat (SOS) melalui pemetaan wilayah terkonfirmasi positif PMK, ada wilayah merah, wilayah suspek PMK atau kuning, dan wilayah bebas PMK atau wilayah hijau.
Sejak penetapan wabah oleh Menteri Pertanian pada Senin, 9 Mei 2022 lewat Kementan 403 dan 404 Tahun 2022, data terkini sampai 17 Mei 2022 wabah PMK sudah terdeteksi di 15 provinsi, 52 kabupaten/kota. Dari 15 provinsi ada 13,8 juta ekor, jumlah ternak yang terdampak 3,91 juta ekor, dan populasi ternak yang sakit PMK 13.965 ekor (0,36% dari total populasi kabupaten terdampak 3,91 juta ekor), yang sembuh 2.630 ekor (18,30 %), mati 99 ekor (0,71 %).
Lima belas provinsi itu antara lain Aceh, Bangka Belitung, Jawa Timur, Yogyakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. kbc11
57 Persen Generasi Z Pilih Berkarir Jadi Influencer
Bersama Pemkot Surabaya, Lapis Kukus Pahlawan Komitmen Dukung Pengembangan UMKM
Astragraphia Xprins Perluas Ekosistem Pencetakan 3D pada Industri
Ini Alasan BI Tarik Uang Logam Rp500 TE 1991 dan 1997, Rp1.000 TE 1993
Dukung EBT, Barata Indonesia Sukses Kembangkan Reaktor B100