Moeldoko ajak pakar kembangkan budidaya sorgum
Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko mengundang para pakar di bidang teknologi dan pangan ke Gedung Bina Graha, Jakarta, Jumat (10/6), untuk bersama-sama mengembangkan sorgum. Ini merupakan bentuk keseriusan pemerintah untuk menghidupkan kembali tanaman biji-bijian ‘bandel’ ini sebagai salah satu alternatif bahan pangan di Indonesia.
“Presiden Joko Widodo juga kaget melihat sorgum bisa tumbuh baik di Waingapu, NTT, yang kondisi tanahnya kering kerontang. Bahkan jagung, kacang hijau dan bawang merah ditanam di sana, gagal. Sorgum jelas bisa diandalkan untuk jadi alternatif pangan, jadi saya semakin yakin dengan sorgum yang saat ini dikembangkan di Waingapu,” kata Moeldoko.
Panglima TNI (2013-2015) tersebut menekankan bahwa pemerintah sedang berupaya untuk memikirkan budidaya sorgum hingga ke proses pasca panennya. Oleh karenanya, tujuan Kantor Staf Presiden (KSP) mengundang para pakar ini adalah untuk membicarakan prospek sorgum ke depan, baik dari sisi budidaya yang berkaitan dengan hasil riset maupun dari sisi industrialisasi sorgum.
“Ada hasil penelitian yang bisa meningkatkan usia produktivitas sorgum dari biasanya dipanen setelah 90 hari menjadi bisa dipanen setelah 70 hari, bahkan hasil panen yang biasanya 3 ton per hektar dengan teknologi bisa dikembangkan menjadi 7-8 ton per hektar,” lanjut Moeldoko.
Merespon undangan ini, para pakar pun menyambut baik niat pemerintah ini karena sorgum memang dianggap menjadi solusi kemiskinan, masalah lingkungan dan krisis pangan.
Bahkan, institusi riset tenaga nuklir di bawah naungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sudah mengembangkan 3 varietas benih sorgum unggulan yakni Pahat (Pangan Sehat), Samurai 1 dan Samurai 2. Hasil penelitian para pakar sorgum Indonesia ini pun telah banyak digunakan oleh petani di Afrika.
“Kami memang sudah sejak lama ingin mengembangkan ini. Jadi niat pak Moeldoko mengundang kami untuk membicarakan budidaya sorgum menjadi momen yang pas. Semoga program pemerintah ini bersinergi dengan kita, maka kita siap untuk membantu program yang sudah berjalan saat ini,” kata Dr. Ir. Kaseno, akademisi Jurusan Bioteknologi, Universitas Indonesia.
Selain itu, kata Kaseno, sorgum adalah produk pertanian yang zero waste. Artinya, setiap bagian dari sorgum bisa dimanfaatkan. Biji sorgum bisa dijadikan beras dan diolah menjadi tepung. Sementara itu, bagian batang sorgum bisa diolah menjadi gula cair, gula kristal atau bioetanol. Bahkan setelah semua proses itu, sisa batang, daun dan akar sorgum bisa diolah menjadi pupuk pertanian dan pakan ternak.
“Sorgum ini bisa hidup di lahan marginal dan kritis. Sedangkan lahan marginal di Indonesia ini sangat banyak sekali. Jadi dengan sorgum ini, kita yakin Indonesia bisa swasembada pangan,” lanjutnya.
Seperti diketahui, pada 2 Juni lalu, Presiden Joko Widodo bersama Moeldoko sempat menanam dan memanen sorgum di lahan budidaya seluas 400 hektar di Desa Laipori, Kab. Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Kunjungan Presiden ke Sumba Timur ini berkaitan dengan upaya pemerintah mencari alternatif pangan sebagai tindak lanjut atas peringatan Badan Pangan Dunia (FAO) tentang ancaman krisis pangan global akibat perubahan iklim.
Bersama Pemkot Surabaya, Lapis Kukus Pahlawan Komitmen Dukung Pengembangan UMKM
Bersama Pemkot Surabaya, Lapis Kukus Pahlawan Komitmen Dukung Pengembangan UMKM
57 Persen Generasi Z Pilih Berkarir Jadi Influencer
Duh! Kecepatan Internet RI Urutan 98 Dunia, Kalah dari Kamboja
Capres Boleh Posting Konten di TikTok, tapi Jangan Cari Sumbangan