Menanam harapan pada lembar daun tembakau

Minggu, 19 Juni 2022 | 16:51 WIB ET

PAMEKASAN, kabarbisnis.com: Matahari sudah mulai naik tinggi. Udara desa Samatan, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan juga sudah mulai panas. Namun semangat ratusan petani tembakau yang akan mengikuti acara "Tanam Raya Tembakau" tidak surut sedikitpun. Bagi mereka, kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu (18/6/2022) sangat penting untuk menunjukkan eksistensi mereka yang akan terus hidup ditengah hantaman isu dan regulasi yang merugikan petani tembakau.

Mereka juga ikut menandatangani petisi "Together We Grow: Selamatkan Mata Pencaharian Petani Tembakau" bersama Bupati Pamekasan Badrut Tamam, Ketua DPN Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Suseno, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Peternakan (DKPPP) Pemkab Pamekasan Ajib Abdullah, Ketua Umum Asosiasi Masyarakat Petani Tembakau Indonesia (AMTI) Budidoyo dan Dosen Ekonomi Pertanian Universitas UPN Veteran Surabaya, DR Zainal Abidin.

"Bagi kami masyarakat Pamekasan, tembakau tidak hanya sekedar menjadi komoditas yang ditanam, tetapi tembakau adalah budaya leluhur yang harus kami lestarikan," ujar petani tembakau asal Pamekasan, Samukrah yang saat ini menjabat sebagai Ketua Asosiasi Petani Indonesia (APTI) Pamekasan.

Samukrah berujar, sebagian besar mata pencaharian warga Pamekasan memang bertani. Dan ketika musim kemarau tiba, semua petani berlomba menanam tembakau sebagai kepatuhan terhadap kearifan lokal. Terlebih komoditas ini juga dianggap lebih bernilai ekonomis tinggi dibanding komoditas pertanian lain. Pada tahun lalu, rata-rata tembakau Madura dibeli dengan harga Rp 50 ribu per kilogram.

Tidak heran jika pada tahun ini keinginan untuk menanam tembakau juga sangat tinggi, walaupun cuaca masih belum bersabahat. Fenomena Lanina telah memicu terjadinya potensi musim kemarau basah, hujan masih saja kerap turun hingga saat ini. Padahal jika terkena hujan, tanaman tembakau akan rusak. Akibatnya, beberapa petani ada yang menanam hingga tiga kali, karena tanaman pertama dan kedua mati akibat hujan. "Mereka yang masih tetap menanam hingga tiga kali, karena petani optimistis hujan berhenti pada akhir Juni dan pada Juli cuaca cerah dan semoga tidak ada hujan," ujar Samukrah.

Dia menandaskan, sebagai sentra produksi tembakau Jawa Timur, petani di Kabupaten Pamekasan memiliki komitemen kuat dalam mendukung ketersediaan tembakau nasional. Sampai saat ini, luas lahan yang sudah ditanami sekitar 1.400 hektare. Waktu tanam tembakau akan terus berlangsung hingga akhir Juni atau awal Juli. "Kami  berdoa, semoga hujan tidak turun lagi sehingga lahan tembakau yang bisa kami tanami semakin luas," harapnya.

Tembakau Pamekasan untuk Indonesia

Harapan petani Pamekasan untuk terus bisa menanam dan melestarikan budidaya tembakau seiring dengan harapan Ketua Umum Asosisasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Suseno karena Pamekasan adalah daerah penyumbang terbesar tembakau nasional.

"60 Persen tembakau nasional itu disumbang dari Jatim, 60 persen Jatim disumbang Madura dan 60 persen tembakau Madura disumbang oleh Pamekasan. Kalau dihitung dari nasional, maka kontribusi Pamekasan sebesar 36 persen untuk tembakau nasional yang mencapai 180 ribu-200 ribu ton per tahun. Dari sini maka posisi Pamekasan sangat penting. Jika terjadi gejolak di Pamekasan, maka nasional juga akan mengalami gejolak," ungkap Suseno.

Di sisi lain, saat ini, harapan menanam petani tembakau tidak hanya terhalang guyuran hujan yang menyebabkan kematian tanaman tembakau. Namun, kondisi saat ini, tanaman tembakau diterjang berbagai isu negatif. Mulai dari isu kesehatan hingga pencemaran lingkungan. Belum lagi ratusan regulasi nasional maupun regional yang berdampak pada petani tembakau di sisi hulu ekosistem pertembakauan.

"Kita para petani harus bersatu menyelamatkan tembakau. Tembakau telah memberikan kontribusi dan sumbangsih yang cukup besar bagi penerimaan negara. Termasuk penyerapan tenaga kerja. Ada 2.5 juta petani tembakau, 1.5 juta petani cengkeh, dan sekitar 2 juta tenaga kerja manufaktur hingga industri kreatif yang diserap oleh ekosistem pertembakauan. Mari kita berjuang agar tembakau nusantara tetap lestari. Kita serukan bahwa petani tembakau di kabupaten ini tetap eksis. Madura sebagai jantung pertembakauan nasional, masih hidup, masih semangat menanam," ungkap Soeseno.

Dia juga menegaskan bahwa tembakau adalah kultur dan budaya yang telah diteruskan turun-temurun di Madura. Sehingga menanam tembakau bagi masyarakat Madura adalah bagaimana budaya itu hidup dan berkembang. "Dengan segala regulasi yang belum berimbang dan menekan, kita tunjukkan bahwa kita masih tetap semangat menanam. Hidup petani tembakau," tegas Soeseno.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Pamekasan Badrut Tamam menyatakan komitmennya untuk membantu mensejahterakan petani tembakau sebagai bagian dari prioritas pembangunan perekonomian desa. Diakuinya, perlu cara yang konkret untuk memenuhi komitmen tersebut.

"Kami bantu fasilitasi pelatihan melinting bagi para pekerja tembakau, kami bantu peralatannya, kami berikan akses penyertaan modal dengan bunga rendah, kami sediakan marketnya lewat keberadaan warung mitra rakyat. Ayo kita bergandengan tangan seluruh elemen masyarakat dan pemerintah agar kita makmur bersama-sama demi kualitas hidup yang semakin lebih baik," tegas Badrut Tamam.

Dia menambahkan, Pemkab Pamekasan kini tengah menyusu grand design kawasan industri hasil tembakau (KIHT). Badrut Tamam menyebutkan bahwa KIHT adalah bukti nyata komitmen pemerintah menyiapkan fasilitas bagi ekosistem pertembakauan sehingga terwujud kerja sama lintas elemen, instansi dan organisasi.

"Maka jangan kita saling curiga, bersama-sama kita berjuang. Kita wujudkan kerjasama tripartite, yaitu petani, pemerintah dan pabrikan. Kita pastikan manajemen produksi dan harga dapat berjalan baik. Semua sesuai porsi dan tanggungjawab," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Peternakan (DKPPP) Pemkab Pamekasan Ajib Abdullah mengayakan tanam tembakau di Pamekasan pada tahun ini diperkirakan akan turun seperti di tahun 2020 akibat La Nina. Pada tahun 2020, produksi tembakau pamekasan hanya mencapau 24.000 ton per tahun karena kemarau basah, turun dari kondisi normal yang mencapai 28.000 ton per tahun.

"Proyeksi awal kami lahan yang bisa ditanami tembakau tahun ini sebesar 25.000 hektar dari potensi sebesar 32.000 hektar. Tetapi dengan melihat cuaca yang masih saja hujan, kemungkinan tahun ini akan sama seperti tahun 2020. Sampai pertengahan Juni lahan yang telah ditanami tembakau masih sekitar 1.000 hektar hingga 2.000 hektar. Padahal biasanya akhir Juni menjadi akhir bulan tanam tembakau. Harapan kami curah hujan di Pamekasan akan segera berhenti sehingga petani bisa segera menanam tembakau," pungkasnya.kbc6

Bagikan artikel ini: