Pelaku UMKM sektor mamin kian terbebani kenaikan harga elpiji nonsubsidi

Selasa, 12 Juli 2022 | 08:45 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kenaikan harga elpiji nonsubsidi 12 kg dan Bright Gas 5,5 kg dinilai kian menambah beban pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di sektor makanan serta minuman (mamin).

Anggota Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Nina Nursinah mengatakan, saat ini pelaku UMKM sedang berusaha bangkit setelah dua tahun tertekan pandemi Covid-19.

"Mereka lagi berusaha bagaimana bisa bangkit lagi. Kenaikan harga elpiji ini momentumnya kurang pas, seberapapun kenaikan itu jadi beban UMKM di sektor makanan dan minuman," kata Nina seperti dikutip, Selasa (12/7/2022).

Dia menjelaskan, berbicara sektor makanan dan minuman tidak hanya satu maupun dua komponen saja, tetapi banyak komponen seperti sejumlah bahan baku yang saat ini harganya melonjak.

"Sekarang minyak goreng naik, bumbu-bumbu semua naik ditambah harga gas yang naik. Sehingga sektor makanan dan minuman ini perlu dukungan banget dari pemerintah," katanya.

Adapun dukungan tersebut, kata Nina, bisa berupa subsidi terkait harga-harga bahan baku yang dibutuhkan sektor makanan dan minuman agar mereka tetap bisa bertahan.

"Pemerintah harus memberikan subsidi atau bantuan lain agar mereka bebannya berkurang. Kasian mereka modalnya sudah habis tertekan pandemi kemarin," tutur Nina.

Pertamina telah menaikkan harga LPG nonsubsidi seperti Bright Gas 5,5 kg dan tabung elpiji 12 kg disesuaikan sekitar Rp 2.000 per kg.

Penyesuaian harga ini dilakukan mengikuti tren harga pada industri minyak dan gas dunia. Tercatat harga minyak ICP per Juni menyentuh angka 117,62 dolar AS per barel, lebih tinggi sekitar 37 persen dari harga ICP pada Januari 2022.

Begitu pula dengan LPG, tren harga (CPA) pada Juli ini mencapai 725 dolar AS per Metrik Ton (MT) atau lebih tinggi 13 persen dari rata-rata CPA sepanjang 2021. kbc10

Bagikan artikel ini: