REI dorong pengembang di Jatim naik kelas

Selasa, 2 Agustus 2022 | 16:15 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: DPD Real Estat Indonesia (REI) Jawa Timur terus mendorong kalangan pengembang di wilayahnya terus meningkatkan skill dan pasar, seiring dengan perkembangan industri dan sejumlah kebijakan oleh pemerintah.

Hal ini diwujudkan dengan diselenggarakannya Diklat yang diikuti para anggota DPD REI Jatim di Surabaya, pada 2-3 Agustus 2022.

Ketua DPD REI Jatim, Soesilo Efendy mengatakan, banyak hal baru yang harus dipahami para pengembang, baik terkait pasar, perizinan, pelaksanaan proyek, apalagi pasca terbitnya Undang-Undang Cipta Kerja.

"Banyak hal baru dan kami concern agar anggota REI bisa meng-upgrade wawasan," katanya usai membuka Diklat DPD REI Jatim, Selasa (2/8/2022).

Soesilo mencontohkan, dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, dimana pemerintah menghapus status Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan menggantinya dengan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).

"PBG menjadi istilah perizinan yang digunakan untuk dapat membangun bangunan baru atau mengubah fungsi dan teknis bangunan tersebut. Ini harus dipahami pengembang," ulasnya.

Demikian juga dengan istilah Izin Lokasi yang diubah menjadi Konfirmasi Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) sebagai acuan baru dalam perizinan berusaha.

Dalam kesempatan itu Soesilo juga menyentil sejumlah permasalahan yang dihadapi pengembang, khususnya rumah subsidi. Pasalnya, kenaikan harga beberapa bahan bangunan membuat pengembang terjepit, mengingat harga jual rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dipatok pemerintah.

Menurutnya, kenaikan harga material bangunan saat ini sudah sekitar 20 hingga 30 persen, dan yang paling tinggi adalah besi, sehingga perlu segera dibuatkan aturan baru kenaikan rumah subsidi.

"Saat ini harga rumah subsidi di Jawa Timur dipatok Rp150,5 juta. Dan kami berharap ada kenaikan menjadi Rp162 juta. Syukur-syukur bisa sampai Rp165 juta. Kami terus mengupayakan hal ini," ujar Soesilo.

Diakuinya, kenaikan bahan bangunan itu tak lepas dari dampak perang Ukraina dan Rusia, selain juga kenaikan harga minyak dunia.

"Dunia properti memiliki keterkaitan yang luas terhadap segala bidang usaha, ada sekitar 174 bidang usaha yang memiliki keterkaitan. Jadi harus ada kepedulian pemerintah, apalagi sudah 2 tahun harga rumah tak dinaikkan," tandasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Kanwil Regional III PT Bank Tabungan Negara (Persero) Teguh Wahyudi menjelaskan, sebagai bank pemerintah, pihaknya mendorong kalangan developer terus berkembang, melalui pembiayaan yang disediakan BTN.

"Kami memiliki rating pengembang, mulai brown, gold, atau platinum. Untuk platinum misalnya, bunga untuk kredit konstruksi di bawah 10 persen dan kelebihan lainnya. Kami mendorong dengan kemudahan yang diberikan, pengembang bisa naik kelas ke gold atau platinum," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Teguh juga menyatakan, bahwa BTN terus berkomitmen untuk mendukung pengembangan bisnis developer. Baik untuk pembukaan kawasan baru atau pengembangan proyek yang sudah ada.

"Dengan pelatihan ini kami bersama REI mendorong proyek agar lebih marketable, baik untuk kawasan landed house maupun apartemen," ujarnya.

Ditambahkannya, saat ini adalah waktu yang tepat, mengingat pasar properti mulai bangkit, seiring meningkatnya daya beli masyarakat, termasuk dukungan suku bunga bank yang masih relatif rendah. kbc7

Bagikan artikel ini: