Dukung potensi lokal, Royal Regantris Cendana bawa Ludruk hingga produk UMKM masuk hotel

Selasa, 27 September 2022 | 09:30 WIB ET
GM Royal Regantris Cendana, Tony Satriyo (dua dari kiri) bersama perwakilan pelaku UMKM, Ny. Murti.
GM Royal Regantris Cendana, Tony Satriyo (dua dari kiri) bersama perwakilan pelaku UMKM, Ny. Murti.

SURABAYA, kabarbisnis.com: Manajemen Hotel Royal Regantris Cendana mendukung upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam mendorong pengembangan produk dan budaya lokal. Hal ini diwujudkan dengan menghadirkan produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kecamatan Tegalsari serta pentas Ludruk di hotel yang berlokasi di Jalan Kombes Pol M Duryat Surabaya ini.

Seperti yang terlihat pada Sabtu (24/9/2022) malam, Ballroom Royal Regantris Cendana menjadi tempat yang 'nyaman' bagi penonton pentas Ludrukan Nom Noman Tjap Arek-Arek Soerobojo (Luntas) yang tampil membawakan lakon Ken Arok.

Ini adalah pentas Ludruk kedua bagi Luntas di tempat yang sama. Sebelumnya, Luntas juga tampil pada akhir Agustus 2022 lalu.

General Manager Royal Regantris Cendana, Tony Satriyo menjelaskan, kolaborasi ini menjadi bentuk dukungan dalam menjaga eksistensi Ludruk. "Kami ingin berpartisipasi mengakomodasi semangat Luntas dalam melestarikan Ludruk," kata Tony.

Pihaknya menilai belum banyak anak muda yang memiliki kesadaran serupa untuk ikut melestarikan budaya. "Padahal ini menjadi potensi yang bagus sekali untuk dikembangkan," tandas Tony.

Dengan kemasan yang menarik, kesenian tersebut bisa menjadi komoditas budaya yang nantinya bisa menarik wisatawan. Sehingga bukan sekadar lestari, namun juga ada efek ikutan dari sisi ekonomi.

"Ini bisa menjadi komoditas wisata. Bisa manggung di gedung maupun hotel dengan kemasan yang tentu menarik. Tapi tentu harus ada inovasi serta mengikuti perkembangan teknologi," ujar Tony.

Sementara terkait UMKM, pihaknya mendukung bisa naik kelas. Selain jumlah pelaku UMKM di Kecamatan Tegalsari yang cukup banyak, produk yang dihasilkan tidak kalah bersaing dengan produk lain termasuk impor.

"Saya melihat dari sisi produk dan packaging tidak kalah. Makanya saya berharap ke depan mereka bisa ekspor," ujarnya.

Upaya yang dilakukan Hotel Royal Regantris Cendana itu pun mendapat apresiasi Pemkot Surabaya.

"Kami mengapresiasi kegiatan ini. Ini menjadi bentuk kepedulian hotel kepada UMKM dengan kesenian ludruk," kata Staf Ahli Wali Kota Surabaya Bidang Politik, Hukum, dan Pemerintahan, M Afghani di sela acara.

Surabaya sebagai salah satu tempat berkembangnya Ludruk di masa silam, tambahnya, wajib menjaga eksistensi kesenian Jatim ini. "Ini menjadi momentum kearifan lokal untuk bisa menjadi tuan rumah di negeri kita sendiri, khususnya di Surabaya. Sehingga, Ludruk bisa bangkit kembali. Dengan menyesuaikan tema-tema aktual dan inovasi yang disukai anak muda juga," tambahnya.

Kolaborasi ini juga menggandeng UMKM untuk ikut dipamerkan di hotel. "Ini sangat positif. Menjadi pilot project untuk membangkitkan UMKM dan menjaga eksistensi kesenian Ludruk. Ada pergerakan ekonomi yang juga akan ikut terbantu," tandasnya.

Sementara itu penampilan Robert Bayonet dan kawan-kawan dalam Ludruk Luntas mampu menghipnotis penonton dengan gelak tawa dan alur cerita yang disajikan.

"Impian teman-teman ludruk untuk bisa manggung di tempat 'bagus' akhirnya bisa terwujud. Mendapatkan tempat untuk manggung saja, kami berterimakasih," kata Robert di atas panggung.

Salah satu pentolan Luntas ini mengakui, di antara tantangan dalam melestarikan Ludruk adalah kesempatan manggung. Seiring berjalannya waktu, panggung ludruk makin tergeser sehingga memaksa mereka melakukan inovasi untuk tetap eksis.

Seperti halnya pertunjukan malam tersebut. Dimulai dari pertunjukan Tari Remo dan Parikan, mereka masih mempertahankan pakem unsur tari remo, dagelan, selingan, dan masuk ke inti cerita.

Namun penyesuaian dilakukan dari sisi musik. Apabila biasanya musik menggunakan gamelan yang hadir bersama pengrawit, kini mereka menggunakan rekaman musik yang dimainkan melalui alat pemutar.

Mulai dari tari Remo hingga kidungan Jula Juli memperhatikan musik tersebut. Sekalipun demikian, penampilan tetap terlihat luwes. Cerita pun dikemas dengan lawakan khas "Ludruk" dengan menyisipkan sindiran kepada masalah kekinian.

"Agar Ludruk lestari, kalau bukan kita yang muda-muda ini, siapa lagi. Semoga seluruh kecamatan di Surabaya bisa menumbuhkan grup-grup ludruk untuk menjaga kelestariannya," ujar Robert. kbc10

Bagikan artikel ini: