Begini strategi pebisnis mal hadapi ancaman resesi 2023

Jum'at, 14 Oktober 2022 | 10:31 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Ancaman resesi global di tahun 2023 membuat kalangan pelaku usaha menyiapkan strategi untuk bisa tetap bertahan. Salah satunya adalah pengelola pusat perbelanjaan (mal). Langkah tersebut dilakukan agar industri ritel dan pusat perbelanjaan bisa bertahan di tengah ancaman resesi.

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, pengusaha ritel dan pusat perbelanjaan harus fokus pada pengunjung. Alasannya, mal tidak hanya berfungsi sebagai tempat jual beli, namun juga tempat berinteraksi antara pengunjung.

"Mal fungsinya buying plus journey. Kalau nggak bisa melakukan ini nggak bisa survive. Berikutnya, kalau mau jadi leading fungsi buyingnya jadi yang kedua. Ini the next level dari pusat perbelanjaan. Journey-nya itu yang harus diberikan," ungkap Alphonzus dalam seminar APPBI, Kamis (13/10/2022).

Menurutnya, bila pusat perbelanjaan hanya fokus pada produk, maka akan kalah dengan platform e-commerce. Berkaca dari pengalaman, kata Alphonzus, pusat perbelanjaan yang fokus pada pembelian produk tidak mampu bertahan.

"Kalau kita bicara mal, saat ini secara umum kalau bicara mal bukan bicara lagi soal fungsi belanja atau tempat belanja dan tak identik lagi dengan buying dan belanja. Ini yang terjadi saat ini dan sudah terjadi sebelum covid tapi covid mempertegas lagi," katanya.

Senada, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mencatat industri ritel dan pusat perbelanjaan mengalami disrupsi digitalisasi. Akibatnya, terjadi pergeseran budaya konsumen.

Pergeseran budaya konsumsi yang dimaksud adalah adanya tren belanja masyarakat melalui online di platform e-commerce. Sebelumnya, masyarakat harus mendatangi Mall untuk berbelanja.

Erick pun meminta para pengusaha ritel dan pusat perbelanjaan, khususnya Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia, menjawab tantangan digitalisasi dan teknologi tersebut.

"Perubahan terjadi, perubahan untuk kehidupan masyarakat, perubahan bisnis dengan disrupsi yang terjadi, khususnya pengusaha ritel yang harus menjawab dengan pemanfaatan teknologi dan digitalisasi," ujar Erick.

Dia mencatat industri ritel harus mampu menciptakan inovasi dan membuat pengalamannya. Di lain sisi, Indonesia harus mendorong industri ritel sejalan dengan tren digitalisasi yang terjadi saat ini.

"Kebangkitan industri ritel menjadi penting karena ini salah satu pendorong kebangkitan ekonomi, dimana merupakan domestik konsumsi menjadi bagian penting dari pertumbuhan itu," katanya. kbc10

Bagikan artikel ini: