Isu primordialisme tak lagi menarik bagi pemilih millenial di 2024

Jum'at, 2 Desember 2022 | 23:36 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Isu primordialisme diyakini tidak akan menjadi perhatian penting bagi kaum millenial saat menentukan calon pemimpin yang akan mereka pilih disaat pemilu 2024 mendatang.

"Isu primordialisme ini akan muncul tetapi tidak menjadi prioritas perhatian utama, terutama di kalangan milenial," kata Dosen Fisip Unair Airlangga Pribadi Kusman, saat talkshow bertema "Memilih Damai: Yang Muda Yang Primordial?" di Aula Fisip Unair Surabaya, Jumat (2/12/2022).

Kedepan, ungkap Airlangga, mereka akan lebih memberikan perhatian kepada kandidat atau pemimpin yang memiliki pengetahuan, memiliki kapasitas untuk memberikan jawaban-jawaban dan police-police yang sejalan dengan keprihatinan dan aspirasi mereka terhadap bagaimana kehidupan mereka saat ini dan di masa depan.

"Dalam konteks ini isu yang berhubungan dg sosial ekonomi kesejahteraan, penyerapan kerja, problem ketimpangan ekonomi atau dalam konteks politik pentingnya demokrasi, itu yang sangat menarik milenial," ujarnya.

Meski kesadaran milenial  cukup baik dan ada kecenderungan lebih tinggi tetapi hal itu tidak dijawab oleh elite politik yang saat ini tampil berkiprah dalam politik Indonesia, Ini yang me jadi tantangan dari dunia politik di Indonesia skrg.

"Ketika political demand atau aspira,si mereka tidak mendapatkan jawabannya dalam ruang politik di kalangan elit politik," ungkapnya.

Hal yang sama diungkapkan oleh Peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu bahwa pemilih milenial akan lebih menitik beratkan pada program kerja serta track record sang calon pemimpin.

"Muncul tiga nama figur di luar (etnis) Jawa. Mereka adalah Erick Thohir, Sandiaga Salahuddin Uno, hingga Ridwan Kamil menandakan isu primordialisme tak lagi menjadi isin," katanya.

Bagi Yohan, munculnya ketiga nama figur tersebut menunjukkan pemilih mulai rasional dengan melepas isu primordial. Pemilih tak lagi terkesan dengan latar belakang etnis atau suku tertentu, namun lebih kepada program hingga pengalaman.

Terutama, bagi pemilih milenial. Ketiga figur yang dikenal juga aktif di media sosial tersebut dinilai telah menghadirkan banyak program keberpihakan kepada calon pemilih di bidang kerja masing-masing.

"Mereka ini kan juga aktif di media sosial. Kontennya dekat dengan anak muda yang mungkin apabila dinilai kalangan tu Deea,  terlalu receh. Namun, konten seperti ini yang justru interaktif dan memiliki eksposur yang tinggi dari anak muda," katanya.

Dengan munculnya figur tanpa mengenal latar primordial seperti asal kedaerahan, maka pemilu berjalan baik. Nantinya, kampanye akan banyak diisi dengan adu gagasan.

Menurutnya, di dua pemilu terakhir, tak banyak isu program yang dibawa dalam kampanye. Sebaliknya, isu primordial justru lebih banyak dimunculkan yang mengakibatkan polarisasi.

Adu gagasan harus diutamakan, mengingat pemilih rasional yang berasal dari pemilih mulai atau milenial jumlahnya cukup besar pada 2024 mendatang. Angkanya, mencapai nyaris 50 persen terhadap potensi jumlah pemilih.kbc6

 

Bagikan artikel ini: