BPS gelar Sensus Pertanian 2023, libatkan 56 ribu petugas di Jatim

Selasa, 13 Desember 2022 | 21:22 WIB ET
Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan
Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan

MALANG, kabarbisnis.com: Badan Pusat Statistik (BPS) bakal melakukan Sensus Pertanian 2023. Sensus Pertanian yang dilakukan 10 tahun sekali ini untuk memotret kondisi pertanian yang disesuaikan dengan kondisi saat ini.

Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan, Sensus Pertanian ini merupakan amanat UU No.16 Tahun 1997 tentang Statistik. Dimana di dalamnya ada tiga sensus yaitu, Sensus Penduduk, Sensus Ekonomi, dan Sensus Pertanian.

"Khusus Sensus Pertanian selalu dilakukan pada tahun dengan akhiran 3. Dan untuk Sensus Pertanian 2023 masuk tahun ke 7," katanya di sela Workshop Wartawan Dalam Rangka Publisitas ST 2023 di Harris Hotel Malang, Selasa (13/12/2022).

Pendataan Sensus Pertanian 2023 sendiri rencananya akan berlangsung pada 1-31 Mei 2023.

Dadang menjelaskan, Sensus Pertanian 2023 kali ini, ada tujuh sub sektor yang akan dicatat seperti pertanian tanaman pangan (padi, jagung, palawija, dll), kemudian holtikultura, peternakan, perikanan, kehutanan, termasuk juga jasa-jasa pertanian.

"Untuk Jawa Timur, nantinya sebanyak 38 Kabupaten/Kota di Jatim akan dilakukan pendataan sensus pertanian ini," lanjut Dadang.

Diakui Dadang, Sensus Pertanian 2023 memang menyimpan permasalahan yang lebih banyak. Karena itu, pihaknya sudah menyesuaikan variabel sesuai dengan perkembangan zaman. "Sensus kali ini disesuaikan dengan WCA (World Programme for the Cencus of Agriculture) yang ditetapkan pada 2020," ungkapnya.

Tahun depan, pihaknya bakal menambahkan 10 variabel pokok dan empat variable frame. Penambahan tersebut lebih meliputi seberapa lama petani sudah bekerja, luas lahan menurut tipe kepemilikan, hingga kegiatan ekonomi pendukung.

Selain itu, sustainable development goals (SDG) juga ikut menjadi titik berat. Karena itu, pihaknya juga bakal mendata jenis pupuk yang digunakan, hingga lahan yang diirigasi. "Tema besarnya memang keberlanjutan. Bagaimana industri pertanian bisa bertahan bahkan berkembang di masa depan," paparnya.

Dia mengatakan, peta pertanian Indonesia, termasuk di Jatim, harus lebih terperinci. Misalnya, pendataan urban farming yang sudah mulai banyak muncul di kota besar. Pihaknya pun harus memantau seberapa banyak sawah yang sudah beralih fungsi menjadi lahan hunian atau yang lain.

Selain itu, dia juga berecana untuk lebih merinci mengenai kelompok usia dalam industri pertanian. Bukan hanya petani, pihaknya juga bakal mendata anggota rumah tangga petani sesuai dengan gender dan usia. "Ini juga mengenai isu keberlanjutan alias regenerasi petani. Karena dari evaluasi selama persiapan, usia petani makin tua," ungkapnya.

Terkait sasaran atau responden, Dadang tak bisa memproyeksi di wilayah Jatim, karena konsepnya adalah berbasis pada wilayah kerja statistik.

"Yang jelas untuk Jawa Timur sendiri kami melibatkan 56 ribu petugas yang akan melalukan pendataan," ungkapnya.

Dadang berharap, pelaksanaan sensus tani nantinya bisa menjadi dasar kebijakan pemerintah untuk menyelamatkan pertanian. "Di Jatim, kontribusi pertanian secara nilai memang hanya 11 persen. Tapi, kontribusi secara penyediaan lapangan usaha justru mencapai sepertiga atau 30 persen," pungkasnya. kbc7

Bagikan artikel ini: