Disentil Sri Mulyani, bankir: Bunga naik, risiko juga naik

Selasa, 10 Januari 2023 | 07:21 WIB ET
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

JAKARTA, kabarbisnis.com: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bankir menjadi yang paling bahagia di tengah era suku bunga tinggi seperti saat ini. Saking bahagianya, mereka disebut seakan menari di atas penderitaan semua orang.

"Kalau bicara tentang interest rate naik itu Anda sebetulnya malah menari-nari di atas penderitaan semua orang. Saya beda sekali kalau bicara tentang kenaikan suku bunga, Anda kayaknya wajahnya malah lebih bahagia gitu," kata Sri Mulyani di depan para bankir dalam acara CEO Banking Forum, Senin (9/1/2023).

"Selama ibu masih bisa mengelola dan menstabilkan ekonomi, interest rate naik, it's fine with us ibu, gitu kan," tambah Sri Mulyani yang mencoba membaca pikiran para bankir.

Seperti diketahui, tingginya suku bunga akan mempengaruhi bunga kredit bank di mana beban lebih banyak diberikan kepada setiap peminjamnya. Hal itu tentu menjadi salah satu margin keuntungan bagi perbankan.

Namjn demikian, Sri Mulyani bilang, kondisinya tidak otomatis begitu karena suku bunga yang tinggi secara keseluruhan akan mempengaruhi kegiatan ekonomi. "Cost of fund yang tinggi pasti akan mempengaruhi kegiatan ekonomi secara menyeluruh," tuturnya.

Tensi geopolitik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina mengakibatkan inflasi tinggi di sejumlah negara. Banyak bank sentral harus menyesuaikannya dengan menaikkan suku bunga.

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed misalnya, selama 2022 suku bunga sudah naik 425 basis poin. Terakhir pada Desember 2022, The Fed menaikkan suku bunga acuan 0,5% menjadi 4,25% hingga 4,5%.

"The fastest the highest in the history of America (tercepat, tertinggi dalam sejarah Amerika)," tutur Sri Mulyani.

Kenaikan suku bunga juga diikuti oleh bank sentral di negara maju maupun negara berkembang lainnya. Bank Sentral Eropa telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 250 bps pada 2022 lalu, menjadi 2,5% pada Desember 2022.

Begitu juga dengan Bank Indonesia (BI) yang telah menaikkan suku bunga hingga 200 bps atau 2% sepanjang 2022. Suku bunga acuan BI akhir tahun 2022 mencapai 5,5%.

Atas pernyataan Sri Mulyani tersebut, Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menilai jika pernyataan Menkeu hanya candaan.

"Bunga naik, risiko juga naik dan juga kalau funding cost naik baru kita naikkan bunga," ujar Jahja.

Sementara Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menjelaskan, saat suku bunga tinggi justru biaya bunga yang dibayarkan juga lebih tinggi. Jika bank menggeber kenaikan bunga kredit, maka akan membahayakan pendapatan bank itu sendiri.

"Bank itu akan melebarkan net interest margin (NIM) saat bunga turun bukan saat bunga tinggi. Saat bunga DPK naik, bank juga menaikkan bunga kredit untuk menjaga NIM," jelas dia. kbc10

Bagikan artikel ini: