Minyak goreng bersubsidi langka di pasaran, ada apa?
JAKARTA, kabarbisnis.com: Ketua Bidang Penguatan Usaha dan Investasi DPP IKAPPI (Ikatan Pedagang Pasar Indonesia) Ahmad Choirul Furqon menyebut, saat ini minyak goreng subsidi yang diluncurkan pemerintah dengan merek Minyakita mulai sulit ditemukan.
Dia menilai, kondisi ini tidak wajar atau terdapat sebuah anomali."Minyak goreng merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Saat ini minyak goreng subsidi di lapangan sudah mengalami kelangkaan. Kalau ada pun, harganya sudah tidak sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) bahkan jauh dari batas HET," kata Furqon dalam keterangan pers di Jakarta, Minggu (29/1/2023).
Menurut Furqon, kelangkaan minyak goreng ini menjadi terasa aneh karena sudah memasuki momentum Pemilu dan menjelang Ramadan. Furqon mengakui, pihaknya mendapat keluhan dari banyak pedagang pasar di berbagai wilayah.
Harga minyak goreng subsidi disebut sudah melampaui HET sehingga merugikan banyak pihak. Di sejumlah daerah seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur harganya sudah mencapai Rp 16.000 - Rp 17.000 per liter.
Furqon berharap pemerintah dapat mengurai kondisi ini. "Jangan sampai ada pihak-pihak tertentu yang sengaja membuat harga minyak goreng yang harusnya hak rakyat kecil malah bergejolak," ujar Furqon.
Furqon menegaskan, produsen, Kementerian Perdagangan, dan BUMN sebagai distributor resmi pemerintah memiliki tanggung jawab agar minyak goreng subsidi ini kembali stabil baik pasokan maupun harga. "Banyak pihak yang memiliki tanggung jawab agar kondisi ini stabil kembali," pungkasnya.
Di kesempatan terpisah, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) membantah adanya kenaikan harga Minyakkita di pasaran. "Minyakkita enggak naik (harga)," kata Zulhas.
Dia menilai, kontraksi harga yang terjadi pada Minyak Kita hanya disebabkan tingginya pembelian. Pasalnya, Zulhas menilai Minyakkita jadi komoditas favorit masyarakat.
"Sekarang ini jadi favorit.Semua orang ambilin (beli) Minyakkita. Jadi di pasar (stoknya) berkurang," jelasnya.
Kendati begitu, Zulhas membantah bahwa angka produksi Minyak Kita berkurang. Sebab larisnya Minyakkita, kata Zulhas, membuat angka kesediaan barang jadi berkurang di pasaran.
"Jadi barangnya laris.Kalau dulu misalnya penjualannya satu, sekarang jadi dua, yang dia jadi empat, yang empat jadi delapan. Berlipat-lipat gitu, ya," jelasnya.
Kendati begitu, Zulhas membantah angka produksi Minyakkita berkurang. Sebab larisnya Minyakkita, kata Zulhas, angka kesediaan barang jadi berkurang di pasaran.
Dia menilai, naiknya minat masyarakat terhadap Minyak Kita terjadi paska packaging produk yang dipoles lebih modern. Sebab itu, banyak industri retail yang kemudian menjadi penyalur minyak tersebut.
"Setelah di-packing bagus begitu kan, semua orang beli. Itu kan di retail modern juga ada, di mana-mana juga ada," paparnya.
Zulhas menegaskan ihwal harga eceran tertinggi Minyakkita, ditentukan langsung pemerintah sebesar Rp 14.000 per liter. "Itu kan harga-harga yang dibanderol pemerintah kan. Sekarang kebutuhannya semua beli itu, sehingga barangnya menjadi berkurang," pungkasnya.kbc11
Jelang Ramadan, GWI dan Bank Jatim Syariah sinergi gali potensi wakaf
Bisa langsung dihuni, banjir promo di apartemen Alessandro CitraLand Vittorio
Tambah fasilitas, SIER bangun lapangan basket modern di kawasan Rungkut
XL Axiata dorong akselerasi kesetaraan digital perempuan
Fixlin buka layanan perawatan dan perbaikan tas dan sepatu branded