Tak perlu ke luar negeri! 8 Wisata budaya dunia dibangun di EcoPark PIK 2 Agung Sedayu Group
SURABAYA, kabarbisnis.com: "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Semboyan ini dipegang kuat oleh bangsa Indonesia sejak dulu. Semboyan itu menggambarkan bahwa meskipun bangsa Indonesia memiliki beragam budaya, suku bangsa, ras, bahasa, dan agama, tetapi bangsa ini tetap memegang erat prinsip persatuan dan kesatuan.
Sebagai masyarakat Indonesia, kita pasti tahu bahwa negara ini memiliki segudang keragaman budaya dengan berbagai ciri khas dan karakteristik masing-masing, bahkan keragaman budaya Indonesia ini di antaranya banyak diketahui oleh masyarakat asing.
Nah, ketika keanekaragaman budaya, agama dengan kekhasan yang berbeda itu menyatu, maka yang muncul adalah sebuah keindahan.
Penggambaran tentang keanekaragaman budaya Tanah Air dan dunia itu pula yang diwujudkan Agung Sedayu Group (ASG) selaku pengembang Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 dalam sebuah karya fenomenal sebuah proyek dengan nama EcoPark PIK 2.
"Agung Sedayu Group berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menghadirkan kawasan yang berkualitas dan sekaligus dapat mengapresiasi keberagaman budaya Indonesia dan dunia di satu lokasi, EcoPark PIK 2," kata Ivon Novita dari Agung Sedayu Group pada webinar bertajuk "Merayakan Keberagaman di EcoPark PIK 2", Selasa (14/2/2023).
PIK 2 merupakan kawasan kota mandiri yang tetap konsisten mengoptimalkan fungsi ekologisnya dan juga mengupayakan efisiensi pemanfaatan sumberdaya alamnya melalui desain dan tata ruang lansekap di kawasan seluas 2.650 hektare.
Kali ini, pengembangan PIK 2 meliputi kawasan EcoPark seluas 54 Ha yang dirancang sebagai kawasan multireligi dan multikultural di tepi danau seluas kurang lebih 23,5 Ha.
Director DP Architects Singapore, selaku design consultant, Rida Sobana menjelaskan, konsep dasar dari Ecopark itu adalah mencoba menggabungkan 2 peran, yaitu sustainability, fungsi dasar yaitu sebagai penyediaan ruang terbuka hijau yang asri, menjadi paru-paru kota PIK 2, fungsi penampungan air hujan dan pengendalian banjir, serta menjamin terciptanya ekosistem lingkungan yang sehat.
"Peran kedua adalah place making/public space, dimana fungsi lainnya adalah menciptakan ruang hijau yang aktif dan menjadi destinasi favorit komunitas dan warga di sekitar, sehingga menjadi bagian yang integrated dari tata ruang kota di PIK 2," papar Rida.
Distrik Halal
Dia pun menjelaskan, dengan lahan yang sangat luas, EcoPark dibagi atas 3 bagian, yakni Barat, Tengah, dan Timur. Barat bertemakan air, Tengah bertemakan taman, dan Timur bertemakan alam.
Yang menarik adalah di tepi danau di dalam ecopark akan dibangun rumah-rumah ibadah dengan desain yang yang ikonik. Salah satu rumah ibadah yang akan dibangun adalah Masjid Agung PIK2, yang menjadi pusat dari Halal District PIK2 seluas 4,5 Ha.
"Masjid ini akan menjuntai di tepi danau dan akan terlihat dari berbagai penjuru. Nantinya masjid ini akan bisa menampung 6 ribu jemaah di dalam masjid. Bahkan jika untuk Sholat Ied bisa mencapai 10 ribu jemaah," ujar Rida.
Di kanan dan kiri masjid, akan hadir pusat kuliner dan wisata halal seperti Haji Lane di Singapura, serta pasar tradisional yang dikelola secara modern seperti Geylang Serai Singapura.
Menariknya, ASG juga akan memberikan kesempatan kepada pelaku usaha .ikro kecil menengah (UMKM) untuk ikut bergabung dan berjualan di tempat ini. Tentunya ini ikut memberdayakan pengembangan UMKM di Tanah Air.
Selain itu juga akan dibangun ikon-ikon muslim dunia, seperti Timur Tengah, Maroko, Turki, Andalusia, hingga Xinjiang. Tentunya ini akan menawarkan pengalaman yang berbeda dari distrik halal di EcoPark PIK 2.
"Distrik halal ini menjadi bagian ekosistem ekonomi syariah. Kita tahu bahwa Indonesia merupakan rumah bagi kaum Muslim terbesar dunia. 12 Persen populasi penduduk muslim dunia ada di Indonesia. Ironisnya, Indonesia masih menduduki peringkat 4 syariah dunia, kalah dari Malaysia, Arab Saudi, dan UEA. Makanya ini upaya kami untuk mewujudkan ekosistem syariah," ungkap Rida.
Selain masjid, juga direncanakan untuk dibangun gereja Katolik, vihara dan kuil. Selain fasilitas ibadah, rencananya juga disiapkan sekolah, rumah sakit, dan area bermain anak terbesar yang semuanya didesain menyatu dengan alam.
Kawasan Ecopark mewakili keragaman kultur budaya dunia, termasuk di antaranya zona halal yang terinspirasi dari pusat-pusat kebudayaan Islam di dunia, seperti Kerajaan Mataram dari Nusantara dan Xinjiang dari Tiongkok, zona Gereja Katolik dan Goa Maria, zona kuil Thailand yang dilengkapi Patung Budha 4 wajah, zona Kuil India Shiva Mandhir, zona Kuil Tiongkok, zona Kuil Korea, zona kuil Jepang dan zona Kuil Vietnam.
"EcoPark PIK 2 memiliki fasilitas-fasilitas, selain untuk fasilitas esensial dan mendasar untuk sebuah komunitas lengkap, juga sebagai paru-paru kota. Dan Ecopark juga diharapkan menjadi pusat kegiatan, sehingga tidak menjadi ruang hijau yang pasif," jelasnya.
Sementara dari segi pariwisata, EcoPark PIK 2 diharapkan bisa menjadi destinasi wisata religi dan kuliner, wisata sehat bagi masyarakat luas, karena terdapat beragam kegiatan dan beragam kultur.
"Semoga semangat multikultur atau berbeda-beda namun tetap satu ini diharapkan tetap berkobar dan hidup di hati melalui kawasan ini," tandas Rida.
Untuk bisa menuju kawasan EcoPark PIK 2, pengunjung akan disiapkan beragam fasilitas transportasi, mulai taksi air, atau bisa menggunakan jembatan Riverwalk Island menuju PIK 2, atau akses ke kawasan menggunakan langsung jalan tol PIK 2.
Kapan masyarakat bisa mulai menikmati semua fasilitas itu, Rida menyebut, saat ini sedang dalam tahap desain dan pembangunan infrastruktur di lapangan.
Pengakuan banyak pihak
Komitmen Agung Sedayu Group dalam mewujudkan keberagaman budaya Indonesia dan dunia mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan. Salah satunya dari kalangan media.
Menurut Harun Mahbub, redaktur pelaksana KLY Group mengapresiasi inisiatif Agung Sedayu Group dalam merancang EcoPark di PIK 2. Kawasan ini akan merangkum berbagai keberagaman, mulai dari keberagaman budaya, religi hingga lini bisnis, termasuk mengayomi UMKM.
Harun yang sepanjang karier jurnalistiknya banyak mendapatkan kisah-kisah menarik seputar akulturasi budaya mengakui Indonesia sebagai negara yang memiliki nilai persatuan yang kokoh, justru karena kebhinekaannya.
"Di Semarang misalnya, kita mengenal lumpia sebagai kudapan yang tercipta dari akulturasi budaya Tiongkok dan Jawa. Saat berkunjung ke Singkawang, misalnya, saya bisa melihat ada klenteng, gereja dan masjid yang berada di satu lokasi," kata penulis buku "#2 Jam Bisa Jadi Wartawan" ini.
Menurut Harun, keberagaman budaya menjadi aset berharga yang harus dijaga seluruh masyarakat Indonesia. Pengembangan kawasan EcoPark PIK 2 dinilai sebagai langkah positif yang dapat membantu mengedukasi masyarakat luas tentang betapa pentingnya merawat kebhinekaan dalam kehidupan sehari-hari.
"Akan lebih baik jika gerakan ini bisa lebih massif lagi dilakukan di seluruh Indonesia," pungkasnya. kbc7
Bersama Pemkot Surabaya, Lapis Kukus Pahlawan Komitmen Dukung Pengembangan UMKM
Bersama Pemkot Surabaya, Lapis Kukus Pahlawan Komitmen Dukung Pengembangan UMKM
57 Persen Generasi Z Pilih Berkarir Jadi Influencer
Duh! Kecepatan Internet RI Urutan 98 Dunia, Kalah dari Kamboja
Capres Boleh Posting Konten di TikTok, tapi Jangan Cari Sumbangan