Sesuai prediksi, BI kini tahan suku bunga acuan

Jum'at, 17 Februari 2023 | 06:02 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Sesuai ekspektasi pasar, Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis (16/2/2023) memutuskan untuk menahan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75%.

Keputusan BI menahan suku bunga sekaligus mengakhiri kebijakan agresif mereka yang sudah berlangsung sejak Agustus 2022.

Suku bunga BI di level 5,75% adalah yang tertinggi sejak Juli 2019 atau 3,5 tahun terakhir. Suku bunga Deposit Facility dipertahankan di angka 5,0% dan suku bunga Lending Facility di level 6,50%.

 Ini adalah kali pertama BI mengerem kebijakan agresifnya dalam enam bulan terakhir.

Keputusan BI juga sejalan dengan sinyal bank sentral RI tersebut sejak bulan lalu. Sejak RDG Januari 2023, BI sudah memberikan sinyal untuk mengakhiri kebijakan agresifnya.

Kubu MH Thamrin menilai kenaikan suku bunga sejak tahun lalu sudah cukup untuk menahan laju inflasi serta menjaga nilai tukar rupiah.

Sebagai catatan, pada enam bulan sebelumnya yakni Agustus 2022 hingga Januari 2023, kubu MH Thamrin telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 bps. Termasuk kenaikan agresif sebanyak 50 bps beruntun pada September, Oktober, dan November 2022.

Keputusan BI menahan suku bunga dilakukan di tengah kembali meningkatnya kekhawatiran pasar mengenai kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS).

Pasar mulai ketar-ketir jika The Fed akan melanjutkan kebijakan moneter agresifnya setelah inflasi AS Januari 2023 bergerak di atas ekspektasi pasar.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, suku bunga BI ditahan sejalan dengan melandainya inflasi. Nilai tukar rupiah juga diproyeksi akan terjaga, ditopang oleh operasi moneter valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) sesuai dengan mekanisme pasar.

"BI meyakini BI-7DRR sebesar 5,75% memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3±1% pada semester I/2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen kembali ke dalam sasaran 3±1% pada semester II/2023," tutur Perry, dalam konferensi pers, Kamis (16/2/2023).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi umum pada Januari 2023 tercatat 5,28% (year on year/yoy), menurun cukup tajam dibandingkan pada Desember 2022 yang tercatat 5,51% (yoy).

Sementara itu, inflasi inti tercatat 3,27% (yoy) pada Januari 2023, lebih rendah dibandingkan Desember 2022 yang tercatat 3,36% (yoy).

Perry memperkirakan rupiah terus menguat sejalan prospek ekonomi yang semakin baik dan fundamental ekonomi yang kuat, sehingga akan mendorong penurunan inflasi lebih lanjut.

Meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global juga diperkirakan menguntungkan rupiah.

Namun, senjata utama yang diyakini akan membuat rupiah adalah implementasi instrumen operasi moneter valas DHE berupa term deposit (TD) valas DHE sesuai mekanisme pasar. kbc10

Bagikan artikel ini: