Duh, petani sawit kesulitan penuhi persyaratan replanting

Senin, 27 Februari 2023 | 19:51 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung mengungkapkan banyak petani kesulitan mengikuti program Peremejaan Sawit Rakyat (PSR). Alhasil, hasil produktivitas tandan buah segar (TBS) kelapa sawit terus merosot.

"Produktivitas masih menurun, untuk mengatasinya harus melakukan replanting tidak ada pilihan lain," ujar Gulatdi Jakarta, Senin (27/2/2023).

Dia mengatakan, petani harus melakukan peremajaan untuk mengatasi masalah tersebut. Program peremajaan telah dibuat oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDPKS.

Gulat mengatakan, saat ini banyak petani kelapa sawit yang tidak bisa replanting karena syarat program PSR yang rumit. Terdapat 38 syarat yang harus dipenuhi, namun yang tersulit adalah kelengkapan koordinat peta yang membutuhkan biaya tinggi.

Syarat ini terkait aturan dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yakni kelengkapan kordinat peta. "Petani disuruh melengkapi koordinat peta lahan. Padahal kami semua sudah bersertifikat. Ini gila kalau untuk level petani, ini tidak mungkin," ujar Gulat.

Dia pun meminta kepada pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut sehingga petani bisa mengikuti PSR. Gulat mengatakan, program PSR seharusnya dapat memberikan subsidi bagi petani untuk memberikan pupuk. Hal itu sangat bermanfaat di tengah kenaikan pupuk yang mencapai 300%.

Namun demikian, petani rakyat tidak bisa mendapatkan dana pupuk tersebut karena tak bisa memenuhi syarat PSR. Alhasil, saat ini banyak petani yang mengurangi pemupukan dan berdampak pada produktivitas sawit.

Gulat mengatakan, produktivitas sawit Indonesia bisa merosot hingga mencapai 250 kg per hektare pada Juni 2023 jika petani tidak melakukan pemupukan. Di sisi lain, Gulat mengatakan bahwa upaya replanting tidaklah mudah. Butuh waktu yang cukup lama yakni hingga 5 tahun lamanya, serta perencanaan yang matang dari para pengusaha untuk melakukan replanting.

Akibat sejumlah persoalaan tersebut, menurut Gulat, produktivitas TBS kelapa sawit Indonesia anjlok hingga sekitar 60%. Dikatakan produktivtas sawit rakyat tahun ini rata-rata sekitar 500 kg per hektare. Jumlah itu merosot hampir 60% dibandingkan tahun lalu yang bisa mencapai 1.200 kg atau 1,2 ton per hektare.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan kondisi kebun sawit rakyat terus menghadapi tantangan besar terkait produktivitas yang rendah. Produktivitas sawit nasional baru mencapai 3-4 ton per hektar (ha) setara CPO. Hal tersebut tentu dapat mengancam masa depan sawit rakyat Indonesia jika tidak dilakukan suatu langkah komprehensif.

Dikatakannya, pihaknya mendorong akselerasi PSR seluas 2,8 juta hektar dengan menjaga resiliensi perkebunan Indonesia. "Kita harus pastikan program PSR ini dapat berjalan dengan baik dan saya percaya forum PSR inI akan menghasilkan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi rakyat Indonesia," ujar SYL.

Produksi dan konsumsi minyak sawit memperlihatkan tren yang menurun sejak Agustus 2021. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan produksi minyak sawit pada Oktober 2021 turun 3,5% dan konsumsinya turun 1,76% dibandingkan bulan sebelumnya.

Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Andi Nur Alam Syah melaporkan realisasi PSR sejak tahun 2017-2022 hanya mencapai 278.200 ha. Padahal, PSR untuk periode 2017 hingga 2022 memiliki target luasan 180.000 hektar setiap tahunnya dan dilaksanakan di 21 provinsi sentral penghasil kelapa sawit.

"Kita memahami bahwa realisasi PSR masih sangat rendah. Sejak tahun 2017-2022 capaian kita baru sebesar 278.200 hektar," kata Andi.

Menurutnya, dalam meningkatkan realisasi program PSR 180.000 hektar per tahun, diperlukan dukungan lintas sektor baik kementerian/lembaga (k/l), pemerintah daerah maupun pengusaha.kbc11

Bagikan artikel ini: