Alamak! Dunia alami defisit beras terbesar dalam 20 tahun terakhir
JAKARTA, kabarbisnis.com: Produksi beras secara global diprediksi mengalami penurunan terbesar dalam 20 tahun terakhir. Temuan ini berdasarkan laporan terbaru dari Fitch Solutions.
Melansir Yahoo Finance, Minggu (23/4/2023), analis Fitch Solutions Charles Hart, memperkirakan dunia akan menghadapi kekurangan pasokan beras sebesar 8,7 juta ton pada 2022-2023. Tercatat, angka ini menjadi defisit beras terbesar dunia sejak 2003-2004.
"Di tingkat global, dampak paling nyata dari defisit beras global, harga beras yang tinggi selama satu dekade," kata Charles Hart.
Perang di Ukraina, serta produksi yang lebih rendah di China dan Pakistan akibat cuaca buruk, telah menyebabkan turunnya pasokan beras. Kondisi itu tentu bukan pertanda baik untuk ketahanan pangan.
"Mengingat beras adalah komoditas makanan pokok di berbagai pasar di Asia, harga menjadi penentu utama inflasi harga pangan dan ketahanan pangan, terutama untuk rumah tangga termiskin," ucap Hart.
Selain perang dan gangguan cuaca, ancaman lain terhadap pasokan pangan adalah berkurangnya luas lahan subur. Pada tahun 2022, AS kehilangan 1,9 juta hektare lahan pertanian, menurut laporan Farms and Land in Farms terbaru dari Departemen Pertanian AS.
Tren ini bukanlah hal baru, dan ini terjadi di seluruh dunia. Satu studi menunjukkan bahwa dunia telah kehilangan hampir sepertiga dari lahan suburnya dalam 40 tahun terakhir.
Sementara itu, populasi terus meningkat. Perserikatan Bangsa-Bangsa memproyeksikan populasi dunia tumbuh menjadi 8,5 miliar pada tahun 2030, dan kemudian meningkat lebih lanjut menjadi 9,7 miliar pada tahun 2050.
"Itu akan menjadi banyak mulut untuk diberi makan. Jika luas lahan pertanian terus menyusut, ketahanan pangan bisa menjadi masalah serius," terang Hart. kbc10
Paling Banyak Dikeluhkan, Granostic Hadirkan Layanan Pain Management Center
Jelang Konggres XXV di Bandung, Inilah Harapan Ketua PWI Jatim Lutfil Hakim
Nilai Transaksi Kripto Menyusut pada Januari - Agustus 2023
The Fed Diramal Bakal Kerek Suku Bunga Jadi 5,75 Persen di Akhir Tahun
Hindari 'Penjajahan' Teknologi, RI Harus Segera Geber 5G