Meski ekonomi kuartal I tumbuh 5 persen, pebisnis perlu waspadai hal ini

Kamis, 11 Mei 2023 | 07:47 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2023 mencapai 5.03%. Realisasi ini cenderung lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 5,02%. Meski tumbuh positif, namun ada yang perlu diwaspadai oleh para pelaku usaha di Tanah Air.

Menurut Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual, pihaknya mengembangkan dua indeks untuk melihat kondisi ekonomi Indonesia, yakni Indeks Transaksi Belanja dan Indeks Transaksi Bisnis.

Dia bilang, kedua indeks harusnya bergerak berbarengan, di mana Indeks Transaksi Bisnis tercermin dari kurang lebih 60.000 nasabah korporasi perusahaan baik menengah, besar, maupun kecil.

"Kita lihat memang sudah sejalan ya dengan pertumbuhan kita di kuartal I (2023) ini kita tumbuh 5 persen. Namun, kita perlu waspada memang di Maret dan April agak sedikit penurunan dan kita lihat di Mei ada sedikit rebound," ujarnya dikutip, Rabu (10/5/2023).

David menjelaskan, adanya sedikit penurunan dalam kinerja bisnis akibat dampak pertumbuhan kinerja saat Ramadan tahun ini tidak setinggi 2022.

"Jadi, kita perhatikan bandingkan antara Ramadan tahun ini dibandingkan Ramadan tahun lalu memang ada sedikit penurunan, tapi kalau dibandingkan 2021 saat masa pandemi sudah jauh lebih tinggi. Jadi, ada faktor low based effect (basis yang rendah) kelihatannya pengaruh ke belanja maupun penerimaan dari pebisnis," katanya.

Lebih lanjut, indeks tersebut coba menggambarkan trajektori ekonomi Indonesia dari saving rate nasabah dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan.

"Perhitungannya sederhana dari mutasi kredit perbankan. Jadi, kalau kita lihat mutasi kreditnya makin baik tentu cashflow-nya makin baik, dia akan mengarah ke kanan," tutur David.

Dia menambahkan, jadi melihat pada 2018 saat masa normal sebelum pandemi Covid-19, banyak nasabah yang mencari kredit permintaan cukup tinggi.

"Tapi, kita lihat di masa 2020 masa pandemi itu revenue-nya turun, cashflow-nya negatif bisa dibilang, dan kita lihat banyak yang menyimpan dananya di 2020 atau tidak mengambil kredit. Nah di 2022, kita lihat revenue dari banyak perusahaan itu membaik dan di 2023 ada sedikit penurunan di kuartal I," pungkasnya. kbc10

Bagikan artikel ini: