WHO cabut status darurat Covid-19, Novavax PHK 400 karyawannya
CALIFORNIA, kabarbisnis.com: Produsen vaksin Covid-19 asal Amerika Serikat, Novavax berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 400Â karyawan dari total 1992 pekerjanya.
Rencana itu diambil setelah Komite Darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencabut status darurat atas Covid-19, setelah 3 tahun menyerang dunia global.
"Mengurangi tenaga kerja kami merupakan keputusan yang sulit, tetapi kami yakin hal itu perlu untuk lebih menyelaraskan infrastruktur dan skala kami dengan peluang endemik Covid-19," kata Kepala Eksekutif Novavax John Jacobs, dikutip Kamis (11/5/2023).
Menurut Reuters, PHK massal tersebut dilakukan Novavax untuk efisiensi demi menekan lonjakan biaya operasional di tengah menurunnya permintaan vaksin Covid-19 di pasar global.
Pasca pandemi, kerugian Novavax selama 2023 telah mencapai US$87,6 juta. Tak hanya itu saham perusahaan juga ikut menurun tajam menjadi 3,46 per saham.
Kendati PHK kali ini berpotensi memicu lonjakan pengangguran di Amerika, namun Novavax  mengungkap langkah strategis yang dilakukan ini, dapat memangkas biaya operasional sebanyak 40 persen hingga 50 persen.
"Kami akan mengurangi pengeluaran, memperpanjang landasan kas kami, dan beroperasi lebih efisien. Langkah ini akan memperkuat posisi kas kami dan potensi kami untuk pertumbuhan jangka panjang dan stabilitas Novavax," ujar CEO John Jacobs.
Rencananya pasca menggelar PHK massal, Novavax akan fokus untuk mengembangkan beberapa vaksin Covid-19 yang baru seperti vaksin flu dan kombinasi suntikan virus corona-flu.
"Perusahaan telah menerima data Fase 2 positif yang kami yakini mendukung pengembangan lebih lanjut dari kombinasi Covid-influenza, influenza mandiri, dan vaksin Covid dosis tinggi yang akan kami kembangkan tahun ini,"Â jelas Jacobs. kbc10
Paling Banyak Dikeluhkan, Granostic Hadirkan Layanan Pain Management Center
Jelang Konggres XXV di Bandung, Inilah Harapan Ketua PWI Jatim Lutfil Hakim
Nilai Transaksi Kripto Menyusut pada Januari - Agustus 2023
The Fed Diramal Bakal Kerek Suku Bunga Jadi 5,75 Persen di Akhir Tahun
Hindari 'Penjajahan' Teknologi, RI Harus Segera Geber 5G