Ini empat alasan utama pengembangan sektor pertanian di Jatim
SURABAYA, kabarbisnis.com: Tantangan sektor pertanian di Jawa Timur masih sangat tinggi. Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Timur mencatat ada empat tantangan yang harus ditangani segera agar sektor pertanian bisa berkembang.
Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Timur, Doddy Zulverdi mengatakan ada empat tantangan sektor pertanian yang mendorong urgensi pengembangan di sektor ini. Yakni, penurunan produksi dan produktivitas, nilai tambah yang rendah, impor sektor pertanian yang tinggi dan investasi yang masih sangat rendah.
"Harus ada insenttif di sektor pertanian dan bagi petani. Sehingga masyarakat semangat untuk meningkatkan sektor ini. Karena kalau dilihat pendapatan perkapita petani ini sangat rendah, hanya Rp 25 juta per tahun, berbeda dengan sektor lain yang mencapai Rp 166 juta per tahun," tukas Doddy dalam acara Jatim Talk, Mendorong Penguatan Produksi Pertanian dan Agro Industri untuk Mengakselerasi Hilirisasi Pertanian di Surabaya, Selasa (16/5/2023).
Dikatakan Doddy, untuk investasi di sektor ini memang masih sangat rendah. Periode 2015 - 2023 ini, investasi di sektor ini untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar 0,7 persen semantara untuk penanaman modal asing (PMA) sebesar 1,2 persen dari total investasi yang masuk ke Jawa Timur.
"Dengan kondisi dimana produksi dan produktivitas yang rendah, nilai tambah yang rendah pula maka akan sulit untuk menggaet investor di sektor ini," tukasnya.
Dikatakan Doddy, tantangan di sektor pertanian ini memang bukan hanya di hulu tapi juga di hilir. Karenanya butuh suatu terobosan agar sektor ini bisa terus bertumbuh apalagi ini menyangkut ketahanan pangan nasional.
"Kita ini dituntut agar harga pangan tidak mahal karena itu akan mempengaruhi inflasi, sehingga sektor pertanian memang harus terus ditingkatkan," tukasnya.
BI Jatim pun merekomendasikan adanya penguatan produksi dan produktivitas sisi hulu terutama melalui penguatan teknologi prapanen antara lain benih dan lahan. "Juga dengan handling, storage dan pengolahan untuk konsumsi," ujarnya.
Rekomendasi lainnya dengan mendorong hilirisasi menuju nilai tambah tinggi, meningkatkan ekspor dan subsitusi impor produk pertanian yang dapat diproduksi domestik. Serta mendorong investasi dan akses pembiayaan bagi seluruh pemain di rantai hulu hingga hilir.
Wakil Gubernur Jawa TImur, Emil Dardak yang juga hadir dalam kesempatan itu mengatakan, hilirsasi sektor pertanian ini penting karena melihat sumbangan sektor pertanian di Jawa Timur lebih dari 10 persen.
"Namun apa betul hilirisasi jawabannya? Kalau saya, ingin menilai dulu dengan melihat ke hulunya. Apa saja yang ditanam pertani di Jawa Timur ini. Kalau saya menelaah apa yang dilakukaan petani di Jatim yang jumlahnya sepertiga dari angkatan kerja itu sudah cukup maksimal. Karena produksi padi, tebu dan jagung di Jatim ini sudah sangat tinggi," jelasnya.
Namun Emil menyebut, padi, tebu dan jagung ini akan dihilirisasi seperti apa? Karena hilirisasi ketiga komoditas itu sudah dilakukan. "Padi sudah jadi beras, tebu sudah jadi gula, jagung juga sudah diolah baik untuk dikonsumsi langsung maupun untuk pakan ternak," tukasnya.
Emil menyebutkan, saat ini pertanian ini terbentur pada kebijakan untuk menyukseskan swasembada pangan sehingga padi, tebu dan jagung harus tetap ditanam. "Dengan lahan yang terbatas ini, apakah berani menanam yang lain? Tidak sesederhana itu," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Kadin Jawa Timur, Adik Dwi Putranto mengatakan hilirisasi sektor pertanian sangat penting, tapi di sektor hulu jauh lebih penting. "Kita harus mempertahankan surplus tanaman pangan. Jangan karena ada hilirisasi tanaman pangan ini, akhirnya semua kemakan hilirisasi bukan untuk konsumsi. Karena bagaimanapun ketahanan pangan untuk konsumsi jauh lebih penting," jelasnya.
Selain itu, Adik mengungkapkan sektor pertanian ini butuh sentuhan teknologi sehingga nantinya akan lebih maju dan berkembang.kbc6
Paling Banyak Dikeluhkan, Granostic Hadirkan Layanan Pain Management Center
Jelang Konggres XXV di Bandung, Inilah Harapan Ketua PWI Jatim Lutfil Hakim
Nilai Transaksi Kripto Menyusut pada Januari - Agustus 2023
The Fed Diramal Bakal Kerek Suku Bunga Jadi 5,75 Persen di Akhir Tahun
Hindari 'Penjajahan' Teknologi, RI Harus Segera Geber 5G