Pertashop Terancam Sekarat, Pertamina Petakan Sejumlah Solusi
JAKARTA, kabarbisnis.com: PT Pertamina Patra Niaga tengah mengkaji sejumlah opsi untuk meningkatkan daya saing bisnis Pertamina Shop (Pertashop) menyusul laporan ratusan outlet yang merugi akibat disparitas harga Pertamax dan Pertalite sejak April 2022 lalu.
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengatakan, perseroan telah memetakan sejumlah jalan keluar berkaitan dengan pengaturan selisih harga jual yang wajar antara Pertamax, produk yang dijual Pertashop, dengan Pertalite.
"Pertashop sendiri kita lagi mencoba untuk mendiskusikan dengan berbagai pihak dan stakeholder untuk dapat memberikan solusi yang terbaik khususnya di harga," ujar Riva di Jakarta, Rabu (12/7/2023).
Hanya saja, Riva memastikan, perseroannya tidak dapat memberi akses secara langsung kepada Pertashop untuk menjual produk subsidi, seperti Pertalite dan LPG 3 kilogram (kg) kepada masyarakat. Namun, dia mengatakan, perseroan bakal membahas permintaan dari pelaku usaha ihwal kemungkinan penjualan produk subsidi nantinya.
"Menjual Pertalite [untuk Pertashop] itu akan dikaji tapi tidak dengan serta merta kita memberikan akses kepada produk subsidi, tapi mungkin akan ada pendekatan-pendekatan lain," kata dia.
Sebagai informasi, pengusaha Pertashop Jawa Tengah dan DIY melaporkan terdapat 201 Pertashop dari 448 Pertashop mengalami kerugian signifikan sejak adanya disparitas harga yang lebar antara Pertamax dan Pertalite pada April 2022 lalu.
Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan DIY Gunadi Broto Sudarmo mengatakan, omzet bulanan yang dihimpun pengusaha turun drastis 90% selama lebih dari setahun akibat usai harga Pertamax naik menjadi Rp 12.500 per liter pada April 2022.Sementara harga Pertalite Rp 7.650 per liter.
"Setelah ada disparitas harga Pertamax dan Pertalite mulai April itu omzet langsung turun drastis, itu di harga [Pertamax] Rp12.500 per liter omzetnya 16.000 liter per bulan, berlanjut ada fluktuasi harga sampai Rp14.500, ada yang Rp 13.900 [Pertamax]. Sampai sekarang di harga Rp 12.500, omzet Pertashop belum bisa kembali di saat harga Pertamax Rp 9.000 dan Pertalite Rp7.650 per liter," kata Gunadi saat audiensi dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (10/7/2023).
Konsekuensinya, kata Gunadi, ratusan Pertashop akhirnya tutup dan merugi akibat disparitas harga Pertamax dan Pertalite yang kembali berlanjut hingga pertengahan tahun ini. Malahan, dia mengatakan, beberapa pengusaha Pertashop belakangan khawatir atas adanya ancaman aset yang disita lantaran tidak sanggup lagi untuk membayar angusaran perbankan.
"Jumlah Pertashop dengan omzet kurang dari 200 liter per hari itu mencapai 47% dari keseluruhan," kata dia.
Dengan demikian, dia meminta pemerintah untuk segera mengimplementasikan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk membatasi pembelian Pertalite yang dianggap berlebihan saat ini.kbc11
Bersama Pemkot Surabaya, Lapis Kukus Pahlawan Komitmen Dukung Pengembangan UMKM
57 Persen Generasi Z Pilih Berkarir Jadi Influencer
Bersama Pemkot Surabaya, Lapis Kukus Pahlawan Komitmen Dukung Pengembangan UMKM
Duh! Kecepatan Internet RI Urutan 98 Dunia, Kalah dari Kamboja
Capres Boleh Posting Konten di TikTok, tapi Jangan Cari Sumbangan