Harga pangan dan jasa melandai, Jatim alami deflasi 0,25% pada Agustus 2017

Selasa, 5 September 2017 | 08:46 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Adanya penurunan harga di sebagian besar komoditas pangan dan jasa yang ada di Jawa Timur  sepanjang Agustus 2017 telah mendorong terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) yaitu dari 128,94 pada bulan Juli 2017 menjadi 128.62 pada bulan Agustus atau deflasi sebesar 0,25 persen. Deflasi terjadi di seluruh kota yang menjadi acuan IHK.

“Dari 8 Kota yang menghitung Inflasi, seluruhnya mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Malang yaitu mencapai 0,57 persen, diikuti Sumenep 0,25 persen, Surabaya dan Probolinggo masing-masing sebesar 0,19 persen, Kediri sebesar 0,17 persen, Madiun sebesar 0,16 persen, Banyuwangi sebesar 0,11 persen, dan Jember sebesar 0,09 persen,” ujar Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono di Surabaya, Senin (4/9/2017).

Dijelaskannya, dari tujuh kelompok pengeluaran, lima kelompok mengalami inflasi dan dua kelompok mengalami deflasi. Kelompok pengeluaran yang memberikan andil deflasi cukup tinggi adalah kelompok Bahan Makanan sebesar 1,53 persen dan kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,84 persen.

Adapun kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi ialah kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga yang mencapai 1,45 persen, kemudian kelompok Sandang sebesar 0,63 persen, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar sebesar 0,11 persen, kelompok Kesehatan sebesar 0.09 persen, dan kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,06 persen.

“Komoditas utama yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi di Jatim pada bulan Agustus 2017 adalah tarif angkutan udara, bawang merah, dan bawang putih. Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar inflasi ialah tarif sekolah dasar, tarif sekolah menengah atas, dan emas perhiasan,” terang Teguh.

Lebih lanjut ia mengatakan, usai masa libur sekolah membuat permintaan moda transportasi angkutan udara tidak sebanyak bulan sebelumnya sehingga tarif angkutan udara yang sebelumnya naik menjadi turun kembali. Sementara ketersediaan stok bawang merah yang melimpah di pasar akibat adanya panen di sejumlah daerah penghasil bawang merah membuat harga bawang merah semakin turun.

“Hal yang sama juga terjadi pada bawang putih yang stoknya melimpah di pasaran karena banyaknya bawang putih impor yang masuk ke Indonesia. Komoditas lain yang juga menyebabkan terjadinya deflasi bulan Agustus ialah cabai rawit, tarif kereta api, wortel, pepaya, tomat sayur, daging ayam ras, dan gula pasir,” terangnya.

Selain komoditas-komoditas penghambat laju inflasi di atas, beberapa komoditas menjadi pendorong terjadinya inflasi di bulan Agustus 2017 ini. Tiga komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi ialah biaya sekolah dasar, biaya sekolah menengah atas, dan emas perhiasan.

“Menguatnya harga emas dunia juga ikut membuat harga emas di dalam negeri turut naik. Komoditas lain yang juga mendorong terjadinya Inflasi bulan Agustus ialah garam, tarif sekolah menengah pertama, upah pembantu, rokok kretek, buah anggur dan tongkol pindang,” jelas Teguh.

Adapun laju inflasi tahun kalender Jawa Timur di bulan Agustus 2017 mencapai 2,86 persen, angka ini lebih tinggi dibanding tahun kalender Agustus 2016 yang hanya sebesar 1,80 persen. Sedangkan laju inflasi tahun ke tahun (yoy) Jatim di bulan Agustus 2017 tercatat mencapai 3,81 persen, angka ini lebih tinggi dibanding Agustus 2016 yang hanya sebesar 2,77 persen.kbc6

Bagikan artikel ini: