Ogah kalah dengan Uber dan Grab, Go-Jek siap ekspansi ke 3 negara di Asia Tenggara

Senin, 2 Oktober 2017 | 21:31 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Go-Jek siap melakukan ekspansi ke beberapa negara di Asia Tenggara. Perusahaan ride-sharing ini berniat untuk memperluas layanannya di tiga hingga empat negara di Asia Tenggara.

Langkah ekspansi ini sekaligus sebagai strategi untuk menyaingi startup lainnya seperti Grab dan Uber yang juga telah melakukan banyak ekspansi.

Co-founder dan Chief Executive Officer Go-Jek, Nadiem Makarim memang tak merinci kemana layanan miliknya akan beroperasi. Ia juga tak menyebutkan negara-negara atau layanan yang ditargetkan oleh Go-Jek.

Namun Nadiem mengatakan bahwa mereka akan berada di tempat yang memiliki populasi besar dan cash rules, yang sekaligus mengisyaratkan bahwa layanan pembayaran digital Go-Jek akan menjadi bagian penting dari dorongan ke pasar baru.

Sementara itu, Grab yang berbasis di Singapura telah dibantu dengan kucuran dana besar dari SoftBank dan Didi Chuxing, sehingga mendorong persaingan yang agresif di Indonesia. Grab telah beroperasi di tujuh negara dan dibawah arahan Anthony Tan, mantan teman sekelas Nadiem di Harvard Business School.

Disisi lain, ekspansi Go-Jek ini akan menandai kali pertama perusahaan melebarkan sayapnya di luar Indonesia. “Kami selalu bersikap defensif,” kata Nadiem di Jakarta, tanpa menjelaskan kapan langkah ekspansinya akan dimulai.

“Ini saatnya membawa persaingan ke depan pintu rumah mereka,” ujarnya.

Layanan pembayaran digital sendiri kini banyak diusung oleh perusahaan berbasia aplikasi untuk memudahkan transaksi. Setalah Indonesia, Filiphina, Vietnam dan Thailand turut menjadi wilayah dengan populasi gbungan mencapai 270 juta penduduk.

Go-Jek dan Grab yang telah meluncurkan layanan pembayaran digital, melihat potensi itu sebagai cara untuk menskalakan bisnis mereka dan membangun bisnis yang memiliki potensi menguntungkan dengan layanan keuangan kepada sebagian besar orang yang terbilang jarang melakukan akses di perbankan.

“Saya pikir kita telah memecahkan model platform yang bekerja di ekonomi yang tengah berkembang, dimana infrastrukturnya tidak begitu besar. Ada kemungkinan besar kira akan memanfaatkan populasi yang banyak. Jika kita masuk, kita mampu menggenggamnya,” kata Nadiem. Demikian seperti dilansir Bloomberg, Senin (2/10/2017). kbc10

Bagikan artikel ini: