Tantangan membikin lancar arus wisatawan di Jatim

Senin, 18 Desember 2017 | 12:46 WIB ET

PESONA wisata alam di Jawa Timur sungguh melimpah. Ada Gunung Bromo dengan lautan pasirnya yang memukau. Ada Kawah Ijen dengan api birunya yang memesona. Dua destinasi itu selama ini menjadi andalan karena, selain pemandangannya yang tiada dua, infrastrukturnya cukup baik. Namun, masih banyak infrastruktur destinasi wisata alam di Jatim yang kualitasnya masih jauh dari layak. Perlu kerja keras karena infrastruktur itulah yang bikin lancar arus kunjungan wisatawan.

Salah satu yang infrastrukturnya kurang andal adalah Lingkar Wilis yang berada di Gunung Wilis. Gunung tersebut terletak lintas batas di enam kabupaten, yaitu Madiun, Ponorogo, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, dan Nganjuk. Potensi wisata Lingkar Wilis cukup bagus, namun kurang bisa dipromosikan karena minimnya infrastruktur pendukung.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Jatim, Dwi Cayono mengungkapkan sebenarnya pihak BPPD Jatim telah berupaya mempromosikan dan menjual potensi wisata Lingkar Wilis. Hanya saja langkah tersebut terkendala minimnya infrastruktur pendukung yang tersedia. Sehingga upaya tersebut kurang disambut baik oleh wisatawan, baik domestic maupun mancanegara.

”Padahal, Lingkar Wilis ini layak dijual karena masuk dalam kategori wisata Saujana, yaitu wisata alam yang diperkuat dengan wisata budaya. Yang dijual tidak hanya potensi keindahan alamnya, tetapi juga kebudayaan masyarakat sekitar,” ujar Dwi Cahyono.

Berbagai infrastruktur pendukung yang harus segera dibangun ataupun diperbaiki adalah akses jalan di Lingkar Wilis. Jalan yang mengarah ke Lingkar Wilis masih sangat sederhana, sempit dan butuh untuk diperlebar demi kenyamanan wisatawan yang akan berkunjung.

Selain itu fasilitas penginapan ataupun hotel berbintang juga harus dipikirkan. Karena ketika ada ratusan atau bahkan ribuan wisatawan yang berkunjung, hotel menjadi fasilitas urgen yang harus tersedia.

“Harus ada kesepakatan bersama antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten untuk melakukan percepatan pembangunan infrastruktur pendukung tersebut. Jika pembangunan hanya dibebankan kepada daerah saja,  akan terasa berat karena besarnya investasi yang harus disediakan,” tegasnya.

Kepala Dinas Pariwisata Jatim, Jarianto mengatakan, Pemprov Jatim memang telah menargetkan Lingkar Wilis menjadi salah satu wisata andalan Jatim yang baru. "Lingkar Wilis ini destinasi pariwisata baru dan menjadi andalan untuk turis domestik maupun mancanegara," ujarnya.

Potensi wisatanya, kata dia, berupa destinasi yang melingkari Gunung Wilis seperti cincin sehingga dinamakan Lingkar atau Cincin Wilis. "Di sana yang dijual alam atau pemandangannya indah luar biasa. Potensinya besar, bisa-bisa menyaingi Gunung Bromo atau Kawah Ijen sebagai wisata andalan di Jatim," ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, proses persiapan pembangunan sarana dan prasarana, serta jalan akses yang menuju maupun menghubungkan enam daerah sedang dilakukan. "Nantinya akan dibangun penginapan, tempat kuliner, tempat santai dan sebagainya. Di sana, jam 16.00 WIB sudah gelap dan cuacanya yang dingin. Cocok untuk yang suka dingin, penikmat pariwisata alam dan gunung," katanya.

Bahkan, proyek pembangunan Lingkar Wilis sudah dibicarakan dengan seluruh kepala daerah, dan telah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Gubernur Jatim Soekarwo  dan seluruh bupati setempat dalam naskah Kerjasama Antar Daerah di Selingkar Gunung Wilis “Tunggal Rogo Mandiri”.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Nganjuk Yusuf Satrio mengatakan, di bawah kendali Bappeda Jatim, lima daerah yang dilewati jalur lingkar Wilis itu mem­proses akses masuk di daerah mer­eka masing-masing.

Untuk Nganjuk, tahun ini tengah menyusun perencanaan teknis proyek tersebut. “Ada daerah yang sudah mengerjakan DED (detail engineering design). Ada juga yang sudah mulai fisik,” jelasnya.

Terkait hambatan pembangunan infrastruktur darat yang melewati lahan Perhutani, Kepala Sub Di­rektorat Penggunaan Kawasan Hutan Wilayah I Kementerian Kehuta­nan Endi Sugandi mengatakan, ada sejumlah skema yang bisa ditempuh daerah jika ingin memanfaatkan kawasan hutan. Mulai skema tukar menukar dan pinjam pakai kawasan yang SK-nya diterbitkan menteri kehutanan.

Yang jelas, sambung Dwi Cahyono, komitmen pemerintah untuk meningkatkan kualitas infrastruktur di destinasi wisata perlu dieksekusi secara serius. ”Pariwisata tanpa infrastruktur yang baik tak akan bisa berkembang,” tegas dia. kbc6

Bagikan artikel ini: