Produksi padi disebut over-estimate, ini yang dibenahi BPS

Selasa, 20 Maret 2018 | 21:31 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Badan Pusat Statistik (BPS) mengakui laporan berkaitan data produksi padi yang dikonsolidasikan Kementerian Pertanian (Kementan) dan mantri pertanian cenderung over-estimate (berlebihan, red) sehingga terjadi asimetris dengan harga beras. Atas hal ini, BPS memperbaiki data produksi  padi dengan metode baru berupa Kerangka Sampel Area (KSA).

“Ya ada overestimate. Tapi soal berapa besar biasnya tidak bisa saya sebutkan.Tapi ,semua akan dilaporkan pada bulan Agustus mendatang (data produksi red),”ujar Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menjawab kabarbisnis.com di Jakarta, Selasa (20/3/2018).

Suhariyanto menjelaskan metode tersebut wajib digunakan petugas saat mendatangi langsung 192.000 daerah yang dijadikan sampel penelitian."Ada 192 ribu daerah yang kita datangi. Petugas harus datang langsung ke sana menggunakan HP untuk memotret. Kalau dia (petugas) tidak datang, dia enggak bisa ambil foto karena HP-nya sudah di-setting," ujar Suhariyanto di Jakarta, Selasa (20/3/2018).

Suharyanto menambahkan metode tersebut digunakan bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang didukung Lapan dan Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk pemetaan wilayah.Suhariyanto mengatakan BPS menargetkan metode tersebut akan rampung Agustus 2018 yang pelaksanaannya dilakukan setiap akhir bulan."Untuk bulan ini petugas akan berjalan pada 23 sampai 30 Maret," tambahnya.

Dia menjelaskan petugas yang datang akan melakukan pemilahan dan pengamatan kondisi padi yang sedang panen atau yang tidak menghasilkan. Karenanya, ia berharap, foto yang dihasilkan dari 192 ribu daerah bersifat akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Metode tersebut sebelumnya sempat digunakan pada 2017 namun hanya sebatas Pulau Jawa yang dipetakan.Dengan metode baru tersebut maka BPS tidak lagi melaporkan perhitungan produksi beras berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) hingga Angka Tetap (ATAP). “Dalam satu tahun cukup satu kali saja,” terang  Suhardiyanto

Ditambahkan BPS juga akan menghitung konversi setiap proses antara gabah kering panen (GKP) , gabah kering giling (GKG) hingga menjadi butiran padi.Dengan begitu hitungan konversi tersebut akan diperoleh lebih akurat  produksi padi yang dihasilkan petani.kbc11

Bagikan artikel ini: