Mentan Amran anggap serapan gabah Bulog belum ideal

Rabu, 9 Mei 2018 | 21:11 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kementerian Pertanian (Kementan) menganggap serapan gabah yang dilakukan Perum Bulog dianggap belum ideal. Padahal merujuk tahun 2017,produksi padi mencapai 81,38 juta ton gabah kering giling (GKG) atau 47,3 juta ton setara beras.

 

Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menuturkan serapan gabah dari petani selama ini hanya berkisar dua sampai lima persen saja. Padahal idealnya, dengan infrastruktur  yang dimiliki, idealnya Bulog dapat menyerap 10% dari total produksi beras yang beredar di pasar.

 

Apalagi pada saat panen raya saat ini, semestinya menjadi momentum Bulog untuk menyerap beras sebeasar- besarnya.Dengan begitu akan mempermudah penguatan stok pangan dalam negeri .Namun, harapan tersebut belum nampaknya belum seperti diharapkan.

 

Amran pun menunjuk  target serapan beras petani dari Januari-Juni 2018 dapat sebesar 2,2 juta ton.Target tersebut disepakati dalam Rakortas di Menko Perekonomian pada 16 Februari 2018. Namun , serapan beras petani yang dikumpullkan Bulog baru sebesar 590.000 ton.

 

Amran melihat potensi panen raya pada Mei-Juni 2018 akan menghimpun produksi padi hingga 8,2 juta ton GKG. Dalam kurun waktu tersebut Kementan menaruh target serapan Bulog mampu mencapai 1,62 juta ton beras atau setara 28.091 ton per harinya.

 

Mentan juga menyoroti beras yang dimiliki Bulog dan stok  di  Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC)  belum juga beranjak menurunkan harga beras di pasar. Saat  ini, stok Bulog  tercatat 1,1 juta ton dan PIBC sebanyak 40.337 ton, jauh lebih besar dibandingkan di awal tahun sebesar 25.000-30.000 ton. Artinya, ketahanan pasokan beras seharusnya dapat diukur dari ketersediaan di dua tempat tersebut.

 

Mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) harga beras medium  per 11 April 2018 sebesar Rp 11.950 per  kilogram (kg). Sementara pada 9 Mei 2018 harga beras hanya turun menjadi Rp 11.800  per kg. Ia menilai rantai distribusi beras yang panjang belum teraturlah yang menyebabkan harga beras ditingkat konsumen menjadi mahal.

 

”Sebetulnya pasokan sudah terjamin, jadi ada yang harus kita kaji hitungannya ketersediaan dan permintaan,”ujar Amran dalam Rapat Koordinasi Serapan Gabah Petani (Sergap) yang dihadiri Dirut Perum Bulog Budi Waseso dan Aster TNI AD Mayjen TNI Supartodi di Jakarta, Rabu (9/5/2018)

 

Guna memotong rantai distribusi beras yang panjang ini, Kementan, sambung Mentan memiliki program pemberian dryer (mesin pengering red) kepada gabungan kelompok tani sebanyak 1.000 unit . Untuk pengadaannya berasal dari APBN 2018 dengan budget senilai Rp 1 triliun.

 

Selama ini, ketiadaan dryer menjadi penyebab tingginya kadar air  gabah. Alhasil harga jual gabah petani menjadi rendah. Namun dengan bantuan sarana paska panen ini diharapkan harga gabah dipetani tidak lagi turun,sedangkan harga beras di konsumen tidak melonjak.kbc11

Bagikan artikel ini: