Asosiasi truk tolak mandatori biosolar 30%, ini alasannya

Rabu, 25 Juli 2018 | 19:25 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Dunia usaha yang tergabung Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aprindo) menyatakan penolakannya atas rencana pemerintah yang akan mewajibkan pencampuran solar dengan minyak kelapa sawit atau biosolar (B30%) pada 2020 mendatang.

Wakil Ketua Aptrindo Kyatmaja Lookman menuturkan pihaknya kerap memperoleh pengaduan dari anggotanya yang mengalami permasalahan yang kerap timbul dari penggunaan biodisel. “Posisi kami menolak, kecuali ada solusi dari pemerintah untuk implementasi tersebut,” ujar  Kyatmaja ketika ditemui wartawan di Jakarta, Rabu (25/7/2019).

Kyatmaja mengatakan jika benar-benar diterapkan maka akan ada dampak terhadap sekitar 6,2 juta truk di Indonesia. Aptrindo sendiri sudah beberapa kali melakukan tes terhadap penggunaan B20, namun hasilnya masih belum sesuai harapan karena masih ditemukan permasalahan yang dapat menghambat kerja mesin.

“Kalau trial-nya 40 ribu kita sudah tahu karakteristiknya seperti apa. Di perhubungan kan pakai KIR, ini uji coba perlu dicek ke mobil-mobil lama. Kami sudah melakukan trial, masalah di engine dan endapan,” ungkapnya.

Kesempatan sama,Andriah Feby Misna, Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, mengungkapkan sesuai aturan yang ada B20 seharusnya sudah diimplementasikan ke seluruh sektor tidak hanya PSO, tapi juga Non-PSO. Presiden Joko Widodo baru-baru ini meminta jajarannya untuk segera merealisasikan aturan tersebut.

Andriah mengakui hingga sekarang penyerapan B20 untuk Non-PSO masih kurang maksimal. Pada 2017 hanya 8% Non-PSO yang menggunakan biodiesel. Sebesar 92% di PSO dan pembangkit listrik. “Tahun berjalan 2018 Non-PSO baru 6%, 34% di PSO,” tukas dia.

Pemerintah mengklaim campuran biodiesel saat ini sudah berbeda setelah melalui berbagai kajian. Pada 2014-2015 Kementerian ESDM menjalin kerja sama dengan sektor terkait untuk melakukan kajian, termasuk mengajak perusahaan seperti Mitsubishi, Toyota, dan perusahaan manufaktur.“Kami juga sudah meningkatkan parameter SNI biodieselnya,” kata Andriah.

Selanjutnya di sektor pertambangan, kerja sama pernah dilakukan dengan Trakindo sejak 2013. Hasilnya memang terdapat sedikit gejala gangguan, namun itu hanya dalam kondisi awal.

“Tahap awal akan ada plak, tapi setelah itu akan bersih dan berjalan dengan baik. Dari hasil uji coba, tidak ada penurunan kalori dan tidak ada penggantian injector dan aman untuk digunakan” papar Andria.

Pemerintah, kata dia berharap ada masukan dari industri sehingga bisa dilakukan berbagai upaya untuk perbaikan sehingga B20 bisa optimal implementasinya.“Kita berharap dapat rekomendasi dari industri. Kalau manufacture minta pembenahan,” pungkasnya.kbc11

Bagikan artikel ini: