Sering gempa, jumlah penumpang Garuda ke Lombok dan Bali drop

Senin, 27 Agustus 2018 | 08:36 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk menyatakan gempa yang belakangan sering terjadi di Lombok dan sekitarnya mempengaruhi industri penerbangan terutama penerbangan internasional.

Akan tetapi, BUMN ini akan menggandeng Kementerian Pariwisata (Kemenpar) untuk memulihkan persepsi turis asing.

"Tentunya pertama-tama kita bersimpati dan juga prihatin dengan apa yang terjadi di Lombok. Bagi kita di Garuda Indonesia, Denpasar salah satu dari hub internasional kita," ucap Direktur Utama PT Garuda Indonesia Pahala Mansury usai acara Young On Top National Conference di Balai Kartini, Jakarta, akhir pekan lalu.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan, gempa di Lombok memberikan dampak pada penerbangan internasional. Dalam hal ini, persepsi turis mancanegara yang berlibur ke daerah Denpasar dan Lombok.

"Jadi apa yang terjadi di Lombok dan juga di Denpasar sedikit banyak juga akan berpengaruh  pada penerbangan internasional kita, Denpasar khususnya. Dan ini memang mempengaruhi persepsi para turis asing juga terhadap Denpasar," ujar dia.

Pihaknya pun sekarang masih dalam tahap observasi persepsi publik terhadap potensi penurunan penumpang ke Denpasar.

"Bulan Agustus sendiri, mungkin impact-nya berkisar antara USD 1-2 juta dibandingkan yang sebelumnya kita bayangkan, baik itu Denpasar ke Lombok, maupun jumlah penumpang yang membatalkan (penerbangan ke Denpasar),"  kata dia.

Ia menyebut, penyebabnya lebih signifikan berasal dari penerbangan international. Meski penerbangan dari Lombok ke Denpasar, Surabaya, dan Lombok juga terpengaruh.

"Denpasar sendiri merupakan hub dari penerbangan international kita. Dan apa yang terjadi di Lombok, kita sayangkan tentunya, tetapi inilah yang terjadi mempengaruhi persepsi turis asing terhadap keamanan dan kenyamanan mereka untuk bisa berlibur di Denpasar atau di Bali," tutur dia.

Garuda Indonesia pun berniat menggandeng Kementerian Pariwisata (Kemenpar) untuk mengubah persepsi negatif mengenai wisata, terutama di Denpasar.

"Kita nanti ke depannya perlu membangun komunikasi juga bersama Kementerian Pariwisata yang dalam hal ini memang memiliki channel, anggaran kemampuan, untuk melakukan komunikasi. Jadi kita nanti bersama kemnepar berusaha mengubah persepsi publik dengan berbagai macam hal," ujar dia. kbc10

Bagikan artikel ini: